52. Perlakukan Buruk

7.9K 389 6
                                    

Awas! Typo ada di mana-mana... Bisa kog bantu menandai dengan komentar. :)

Kalo ada Part yang kurang nyambung, boleh juga di tandai kawan. ^^

Sedekah votenya untuk hari ini teman... Nge-Vote tu gratis loh 👀

__________________________________

Happy Reading ♥️
.
.
.


Episode sebelumnya_____________

Plak!

Okta memukul pahanya. "Wahh... Kau tidak tau? Wanita itu memang penggoda." Seru Okta. "Dan dia adalah salah satu Direktur Divisi. Kudengar dia bekerja di sini lewat jalur orang dalam!" Jelas Okta, sedikit melirihkan suaranya di akhir.

"Benar... Bu Linda sendiri juga sering terang-terangan menggoda Presiden." Tambah Runa.

Deg

__________________________________

"Benarkah?" Zea merubah mimiknya terkejut.

"Ya benar! Bahkan ia bersaing dengan Wakil sekertaris yang selalu bersama presiden." Ujar Runa.

"Bersaing? Bagaimana itu?" Bagaimana cara kedua wanita itu bersaing? Jadi, selama ini di kantor, Keanel di kelilingi gadis-gadis yang bersaing merebutkannya? Wah... Tidak bisa dibiarkan ini.

"Begini." Runa menarik nafas dalam-dalam. "Bu Linda selalu mencoba tampil lebih cantik dan menarik dari pada Bu Winda, wakil sekretaris."

"Hum.. tapi ku pikir Bu Winda lebih elegan dan terlihat berkelas." Okta berpendapat.

Apa? Elegan? Berkelas? Cih! Zea juga bisa terlihat seperti itu. "Apa presiden tertarik dengan salah satu?" Tanya Zea, ia sedikit tidak suka.

"Entahlah..." Okta berfikir. "Presiden sangat kompeten, jadi sulit menggodanya. Tidak ada yang bisa menggodanya."

"Hum... Presiden selalu mengabaikan semuanya, menurutku beliau terlampau kaku." Pendapat Runa.

"Ya... Kalian benar." Senyum tercetak di bibir Zea. Mendengar tidak ada yang berhasil menggoda El, membuat kepuasan tersendiri di hatinya.

"Apa yang kalian bicarakan?" Levi datang bersama Anum.

Runa menyuruh Levi mendekat. "Membicarakan persaingan Bu Linda dan Bu Winda."

Levi mengangguk. "Ku dengar, Bu Linda tidak segan-segan mencoba menyingkirkan wanita atau gadis yang mencoba mendekati presiden." Bukan Levi, tapi ujar Anum.

"Ah.. ya! Kau benar! Ku dengar beberapa bulan yang lalu ada seorang karyawan yang menarik dan menyukai presiden, tapi ia berakhir di pecat." Seru Runa.

"Cih... Wanita tidak kompeten. Apakah dia tidak bisa membedakan mana pekerjaan dan mana urusan pribadi?" Kata Zea, tidak suka.

"Sstt...." Levi menempatkan telunjuknya di depan bibir Nazea. "Jangan keras-keras. Di sini banyak antik-antiknya bu Linda." Ujar Levi lirih.

"Ck! Kita sudah terlanjur membicarakan sedari tadi Levi...." Ujar Okta santai.

"Ngomong-ngomong, menurutku presiden lebih cocok dengan wakil sekertaris dibandingkan dengan bu Linda." Ujar Anum memberi pendapat.

"Benar! Aku setuju."

Haruskah mereka mengadu persaingan yang tidak jelas itu. "Bukankah presiden tidak tertarik? Kenapa masih menjodohkannya, seperti tidak ada pekerjaan saja."

Comeback ✔️ [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang