Ayo support author dengan cara vote dan komen 📍
(Instagram = ocean.desu)AUTHOR (SHEY)
--
Gelap.
Tiba-tiba ia merasakan tarikan kuat dari kaki nya.
Hyak!
"Apakah kucing itu mati, Sam?"suara berat tampak terdengar.
Kedip. Kedip.
"T-tuan, ini anak manusia.."
Keheningan terjadi beberapa saat, sebelum sebuah gebrakan pintu mobil terdengar.
"Apa?"
Seorang pria gagah dengan pakaian jas formal turun dari dalam mobil mewah. Ia lantas menghampiri sang bawahan yang tengah menenteng sebuah buntalan? Bukan, itu adalah seorang balita.
"Terlindas bukan, kenapa bisa hidup?"
Sammuel meringis mendengar reaksi Tuan nya.
Arbie mengerjapkan mata nya bingung. Bukan kah dirinya sudah meninggal akibat pembantaian di rumah nya?
Ia menunduk menatap kaki mungil nya menggantung jauh di atas tanah. Tunggu! Kaki kecil itu milik nya?
Arbie berusaha mencerna apa yang terjadi. Tidak mungkin kan dia hidup kembali di tubuh orang lain?
Ah, tidak masuk akal sama sekali. Itu sama seperti kisah fiksi yang sering ia baca di novel.
Untuk memastikan nya, mari kita coba. Arbie melirik lengan kecil dengan lipatan lemak bayi. Ia mengangkat nya.
Plak!
Pria yang hendak menggapai mahluk bulat di depan nya tiba-tiba terdiam.
"Menampar ku?"kekeh pria di depan nya dengan suara rendah.
Arbie menelan ludahnya kasar, jadi benar tangan yang ia gerakan adalah tangan nya?!
"Kemari."pria itu merebut Arbie dari tangan Sammuel, lalu mengangkat dan mendudukkan tubuh bulat itu di atas kap mobil.
"T-tuan Orion..."lirih Sam yang kasian pada nasib bocah malang itu.
"Bocah sial--"ucapan Orion terhenti ketika Arbie mendongak seraya menampilkan raut wajah ketakutan dengan mata bulat berair dan bergetar.
Orion tertegun. Pria itu bisa melihat dengan jelas kilauan menakjubkan di dalam netra sang balita.
Ada sesuatu di mata bocah itu.
Hei Orion sadarlah, yang kau hadapi hanya lah seorang bocah. Apakah kau tak malu, menindas mahluk yang bahkan belum lancar menghitung jumlah peluru dalam setiap misi.
Eh peluru?
Orion, pria 30 tahunan itu menggeleng kan kepala. Ia lantas menurunkan tubuh bulat itu ke pinggir jalan.
"Pergi."usirnya seraya menepuk bokong berisi sang balita kecil.
Arbie terdiam, ia berjongkok. Mata bulat nya linglung menatap sekitar, ia tak tahu harus berbuat apa.
Orion membenarkan jas mahal nya seraya kembali masuk ke dalam mobil. Sam, menatap prihatin ke arah bocah bulat itu. Ketahuilah jika Sam sangat lemah akan hal yg imut-imut. Ia sungguh tidak tega. Tapi jika Orion sudah mengambil keputusan, ia juga tidak berani menentang.
"Sam, cepat."
"Baik Tuan."
Arby menatap kepergian mobil itu dengan tatapan kosong. Suara mesin mobil kian menjauh, saat itu lah Arbie menangis kencang.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY ANDROMEDA
Fantasy"Papa jelek." Itu dia, balita itu lah alasan nya. Alasan sang predator duduk tenang, dan menikmati celotehan tak jelas bocah mungil di pangkuan nya. "Perlu ku belikan kacamata, hm? Bahkan ketampanan ku bisa menghancurkan satu negara." "Jelek!" "Buta...