11. Pelukan

57.4K 4.1K 111
                                    

Ayo support author dengan cara vote dan komen📍
(Instagram: @ocean.desu)

Happy reading
(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Dada Ruby nyeri melihat bukti hasil kejahatan Arcgus. Semua dokumen transaksi ilegal yang di lakukan pria itu sudah ada di tangan Cael.

Barang bukti seperti uang, foto, video bahkan seluruh sertifikat aset milik Arcgus sudah berhasil di aman kan.

Ruby terdiam. Balita itu syok berat saat melihat video ketika Arcgus melecehkan anak kecil, hati nya sakit. Manusia macam apa sebenarnya Arcgus ini.

"Ruby."panggil Cael. Ia telah selesai mengemas barang bukti, sebelum ia membobol brankas, pemuda tampan itu sedikit terkejut melihat wajah Ruby yang pucat.

"Kau ingin memukul kepala nya kan?"tanya Cael. Ruby seketika tersadar, benar dia akan menghukum nya.

"Iya Kakak."

"Bertahan sebentar lagi, bisa?"Cael tahu, mental Ruby tengah terguncang. Si gila Jendra itu memang tak punya hati. Walaupun Ruby yang memaksa ikut, tapi apa susah nya Jendra menolak tegas. Cael yakin Ruby akan mengerti.

"Eung.."

Ruby di dudukan di atas meja kerja Arcgus, di ruangan itu semua barang sudah berpindah dari tempat nya.

Sangat berantakan.

Gadis kecil itu diam memperhatikan punggung Cael yang tengah asik menguras uang dan emas dalam brankas.

"Kak Cael?"

"Iya."Cael menyahut tanpa menoleh.

"Apa yang sebenalnya di lakukan oleh apalat publik?"

Kegiatan Cael berhenti, ia tertegun mendengar pertanyaan bocah yang mungkin baru saja menginjak usia tiga tahun itu. Baru beberapa kali bertemu Ruby, entah mengapa bagi Cael balita itu mempunyai pemikiran seperti orang yang sudah hidup beberapa tahun dalam dunia keras ini.

Selesai dengan kegiatan nya, Cael berbalik seraya menghela nafas. Ia mendekat ke arah balita imut yang tengah memiringkan kepala menunggu jawaban nya.

"Ikut menikmati uang haram ini. Tidak semua, tapi kebanyakan iya."Cael meraih Ruby ke gendongan nya.

"Tenang saja, penderitaan anak-anak itu akan berakhir malam ini."jelas Cael seraya melenggang pergi dari ruangan yang sudah seperti kapal pecah itu.

Ruby mengangguk lega. Anak-anak itu pantas untuk mendapatkan kebebasan dan keadilan.

Tiba di lantai paling bawah, Cael dan Ruby mulai menuruni tangga panjang yang menghubungkan ruang bawah tanah.

Semakin lama mereka ke dalam semakin pula suara jeritan terdengar. Ruby sampai di buat merinding di pelukan Cael.

Arghhhhh!

Tolong bunuh saya!

Tidak! Hahaha...aku sampah arghh!

Dimana!? Siapa saya hahahha!

Duagh!!

Arghh!

Brakk!

Sialan!!jangan sentuh u-uang saya!

Uhuk!

Tiba di depan sebuah pintu besi. Cael membenarkan letak kupluk kelinci yang Ruby kenakan.

"Kau yakin ingin melihat sesuatu di dalam?"tanya Cael serius.

RUBY ANDROMEDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang