Ayo support author dengan cara vote dan komen 📍
Absen dulu yang nunggu up dari baby Luby👉
Happy reading
---
Jendra membuka pintu utama mansion. Tidak langsung masuk, remaja tampan itu tampak terdiam seraya menatap balita bulat yang tengah berjalan masuk dengan berjalan perlahan.
Kaki pendek dengan lemak bayi itu tampak berjalan selangkah demi selangkah.
Jendra terkekeh geli dan menyusul Ruby dari belakang. "Ada apa?"tanya nya.
Kaki Ruby berhenti melangkah. Ia mendongak menatap Kakak tampan nya. "Lihat, pelut nya besal, Luby kenyang."balita itu tampak menyingkap dress nya, tentu saja hal itu membuat perut buncit nya menyembul keluar.
"Jadi susah berjalan?"
Ruby menggeleng. Dia aman kok, cuma tubuh nya sedikit berat saja. Bokong mungil itu kembali mendahului Jendra.
Ruby bisa berjalan, hanya sedikit engap. Ingat, sedikit.
Ia tidak mau di bully Jendra sebagai balita jompo karena kesusahan berjalan.
"Oh ya?"wajah kakak nya sudah berubah menyebalkan.
Sampai di ujung tangga, Ruby mendongak menatap banyak nya undakan tangga dan kembali menunduk menatap kaki kecil nya.
"Pftt..."
Mata bulat Ruby memicing, ia melirik Jendra yang tengah melengos ke belakang. Ruby tahu Jendra tengah tertawa.
Kunciran Ruby tiba-tiba di tarik.
"Lift."tunjuk Jendra pada lift di dekat tangga. "Aku takut kau menggelinding dan berubah menjadi adonan bakso."Jendra berbicara dengan wajah lempeng nya.
Adonan bakso katanya?!
Siapa pun, tolong angkat Ruby! Ia ingin menjitak kepala Kakak nya itu.
Ruby mendengus dan dengan langkah kecil nya, balita itu berjalan menuju ke arah lift.
Jendra mengikuti sang adik dari belakang dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana.
Kedua nya masuk ke dalam lift yang ada di mansion itu. "Ruby, kau telah makan banyak, tapi tubuh mu kecil, perut mu yang besar."
Ruby melirik Jendra yang tengah menyandarkan tubuh nya di dinding lift.
Balita itu mengerucutkan bibirnya. "Dali pada besal kepala."
Jendra mengangguk setuju. "Benar."
Pintu lift terbuka. Baru beberapa langkah, Ruby tersandung kaki nya sendiri.
Hap.
"Anak ini."Jendra dengan sigap menangkap belakang dress yang Ruby kenakan, cengkraman itu terlalu kuat hingga membuat dress nya molor.
Baju Ruby berantakan. Sang kakak langsung menggendongnya.
"Bagiamana jika tubuh mu tersungkur hm?"datar Jendra. Ia melangkah masuk ke dalam kamar Ruby.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY ANDROMEDA
Fantasy"Papa jelek." Itu dia, balita itu lah alasan nya. Alasan sang predator duduk tenang, dan menikmati celotehan tak jelas bocah mungil di pangkuan nya. "Perlu ku belikan kacamata, hm? Bahkan ketampanan ku bisa menghancurkan satu negara." "Jelek!" "Buta...