Ayo support author dengan cara vote dan komen 📍
Absen dulu atuh onty👉
Happy reading
---
"Anjil lah."Ruby mengumpat pelan saat melihat cat air yang ada di atas meja nya tumpah dan menodai buku tulis milik nya.
Pasti si kerempeng itu pelakunya!
Bocah empat tahun dengan pipi merona alami itu mendengus, Ruby menyedot botol susu yang menggantung di leher nya. Jari-jemari mungil itu bergerak melipat lengan seragam TK yang ia pakai.
Kaki pendek yang di balut sepatu mahal itu melangkah. Bukan berniat mengadu pada guru, Ruby justru pergi ke area taman sekolah.
Kalingga dan Isa yang tadi asik bermain Lego langsung beranjak saat melihat Ruby keluar kelas.
Rambut Ruby hari ini tampak di kepang dua dengan hiasan pita warna biru. Leher nya terpasang cantik kalung batu Ruby asli yang tidak pernah ia lepas sejak Asher pertama kali memasang kan nya.
Semerbak harum minyak bayi bercampur aroma melon segar menguar dari tubuh nya.
Berjalan bak preman pasar, Ruby tampak petantang-petenteng dengan satu tangan yang memegang botol susu nya.
Di ikuti oleh Kalingga dan Isa. Ketiga bocil kematian itu terlihat berjalan menuju samping area sekolah.
"Kali ini, apa lagi?"tanya Isa pada sepupu nya.
Ruby mendengus. "Cat ail, cailan itu tumpah mengotoli buku dan juga stikel babi dali kak Jendla."ketus nya.
Isa mengepal kan tangan kesal. "Bajak laut itu."geram Isa.
"Dia di sana."celetuk Kalingga seraya menunjuk seorang bocah perempuan yang tengah duduk di bawah pohon bersama kedua teman nya.
Mereka tampak tengah bermain rumah Barbie.
Ruby bersedekap dada, bocah itu terdiam. Mata bulat nya menatap sekitar.
Pembalasan apa yang cocok untuk bocah kerempeng itu ya? Ruby masih sakit hati loh, di katai gemuk oleh Cassie.
Hey! Orion saja bilang, Ruby itu tidak gemuk, cuma gemoy. Huh!
Ah!
Memang keberuntungan selalu menyertai anak Orion. Lihat, di atas pohon sana ada sarang lebah.
Ruby terkekeh.
"Batu, ambil batu."sibuk nya seraya menengok kanan-kiri mencari batu. Kalingga dan Isa sontak membantu nya mencari benda yang Ruby mau.
Beberapa batu sudah terkumpul di bawah kaki Ruby.
"Ayo lempal."ajak Ruby.
Kalingga dan Isa kompak berkedip.
Ruby berdehem. "Yang tepat sasalan, nanti Luby peluk ya?"
"Oke!"jawab kedua bocah laki-laki itu serempak.
Aksi mereka di mulai. Ketiga bocah itu saling bergantian melempar batu ke arah sarang lebah.
"Ah sedikit lagi!"
"Hampir saja!"
"Anjil anjil!"
Tidak ada yang kena. Lemparan Ruby bahkan hanya sampai setengah dari jarak target.
"Fyuh!"
Batu di bawah kaki Ruby sudah habis. Tawa ceria Cassie dan teman-teman nya terdengar. Mereka benar-benar asik dengan dunia mainan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY ANDROMEDA
Fantasy"Papa jelek." Itu dia, balita itu lah alasan nya. Alasan sang predator duduk tenang, dan menikmati celotehan tak jelas bocah mungil di pangkuan nya. "Perlu ku belikan kacamata, hm? Bahkan ketampanan ku bisa menghancurkan satu negara." "Jelek!" "Buta...