Ayo support author dengan cara vote dan komen 📍
Absen yang nunggu notif si bayikkkkkk 👉
Happy reading
----
Di sebuah mansion besar, tepat nya di ruang tv, sosok balita kecil tengah terduduk di atas sofa, ia terlihat menggemaskan dengan dress berpita berwarna biru muda.
Ruby berkedip. Kebakaran di gedung Gallery seni milik Christopher menjadi topik hangat pagi ini. Semua media berbondong-bondong meliput gedung yang sudah hangus itu.
Motif peristiwa itu belum di ketahui, yang pasti sang pemilik sekaligus seniman Cillian Christopher ikut terbakar dalam kejadian tersebut.
Banyak yang berduka dan bersimpati, hanya sesaat sebelum akhirnya banyak yang menyumpah serapah pria itu dengan berbagai macam umpatan. Itu karena, sebuah video yang menunjukkan kegilaan jiwa psikopat Cillian yang membuat publik marah besar.
Sekarang mereka bahkan bersyukur karena seniman psikopat itu mati.
Layar televisi di depan Ruby tiba-tiba mati. Balita itu mendongak, ia mendapati Orion yang menyodorkan buah persik ke arah nya.
Ruby menerima nya, setelah sarapan ia memang belum nyemil buah kesukaan nya itu.
Orion berjongkok di depan kaki Ruby, pria tampan itu tampak mengganti plaster luka di lutut sang balita. Tak lupa membersihkan nya dan memberikan obat.
"Pa.."
"Hm?"
Ruby menelan kunyahan nya. "Tidak kelja?"
"Tidak."jawab Orion singkat. Hari ini, ia akan menghabiskan waktu bersama putri bungsu nya, Orion akan mengajak Ruby ke suatu tempat.
Pria tampan itu bangkit, tatapan nya fokus pada jidat Ruby yang mulai membiru. Orion menghela nafas, ia menunduk dan mengecup dahi itu.
"Sakit?"
Ruby menggeleng. "Tidak."jawabnya acuh, sejujurnya agak pening sedikit.
Orion menunduk dan menyelipkan kedua tangan nya di masing-masing ketiak sang balita. Ruby pasrah di gendongan Orion.
"Kita akan pelgi?"tanya Ruby saat Orion membawa nya ke arah pintu utama mansion.
Orion mengangguk, Ruby meraba leher nya. "Empeng Luby!"panik balita itu.
Orion terkekeh gemas dan langsung berbalik, tepat di belakang sana ada Rumi yang berlari kecil.
"Bibiiiii..."tangan Ruby terjulur.
"Maaf, Bibi lupa menggantungkan nya."Rumi menyerah kan empeng itu pada Orion, setelah itu pamit pergi.
"Telimakasih Bibi..."seru Ruby di balas senyuman tulus oleh sang pengasuh.
"Tidak kah kau terlalu besar untuk menggunakan benda ini."gumam Orion seraya menjepit kan ujung tali empeng itu pada bagian leher baju Ruby.
"Tidak!"tegas Ruby.
Orion hanya menggeleng pelan, ia kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY ANDROMEDA
Fantasy"Papa jelek." Itu dia, balita itu lah alasan nya. Alasan sang predator duduk tenang, dan menikmati celotehan tak jelas bocah mungil di pangkuan nya. "Perlu ku belikan kacamata, hm? Bahkan ketampanan ku bisa menghancurkan satu negara." "Jelek!" "Buta...