Ayo support author dengan cara vote dan komen 📍
Instagram: ocean.desu
Happy reading
---
"Ruby sudah kembali?"Orion membenarkan letak kacamatanya dengan mata fokus ke layar laptop.
Sammuel melirik jam tangan nya dan mengangguk. "Sejak satu jam yang lalu nona sudah berada di mansion."jelas sang bawahan.
Kegiatan Orion terhenti.
Satu jam katanya?
Sejak satu jam, dan bocah itu tak menemuinya? Apa yang anak bungsunya itu lakukan?
Menutup laptop sedikit kasar, Orion lantas bangkit tak lupa melepas kacamatanya.
"Tuan, pekerjaan anda belum seles--"
Brak.
Sammuel melanjutkan perkataannya di dalam hati. Bos super semena-mena itu sudah keluar dari dalam ruangan.
Pemuda tampan itu melirik berkas yang menumpuk di atas meja kerja Orion.
"Ya tuhan..."keluh nya.
Kaki jenjang Orion mendarat di lantai satu. Mata tajam nya menyusuri seluruh sudut ruangan. Tidak ada tanda-tanda keberadaan balita itu.
Dimana dia?
Orion berdecak, mengapa ia tidak berfikir untuk mengecek kamar Ruby di lantai dua.
Pria tampan itu hendak berbalik. Namun terhenti ketika mendengar suara kecipak air.
Ia menajamkan pendengarannya. Mengikuti insting, Orion berjalan ke arah sumber suara.
Teras samping dapur.
Orion terdiam, mata nya menajam menatap kunciran jamur yang bergoyang.
Siapa lagi pemilik nya jika bukan Ruby.
"Apa yang kau lakukan?"
Balita itu terkejut membuat tangan gemuk itu reflek mencipratkan air ke wajah mungil nya.
"Papa Oliyon?"cengir nya dengan gigi yang belum tumbuh sempurna.
Orion mendekat. Ia berjongkok dan mengusap wajah basah Ruby.
"Sejak tadi?"
"Hng."balita itu mengangguk membuat kuncir nya kembali bergoyang.
"Luby beli ini, lekomendasi dali Kalingga."Ruby dengan mudah mencomot ikan koki ranchu sapi.
"Lucu kan Pa?"tunjuk nya semangat, dia saja dari tadi terpesona dengan ikan bulat motif sapi ini.
"Hm."gumam Orion.
Pria itu melirik akuarium yang mulai di padati penghuni, berbagai spesies ikan Ruby jadi kan satu di tempat ini.
"Bagaiman dengan kolam?"
Ruby menjatuhkan ikan ranchu kedalam air. "Kolam?"beo nya, balita itu berdiri dan dengan wajah tanpa dosa nya memeluk leher Orion.
Tidak ada penolakan, Papa nya justru merengkuh erat dan menggendong nya. Mengecup pipi semerah buah persik itu beberapa kali.
"Ya, kolam. Untuk ikan-ikan mu."Pria itu mulai berjalan memasuki mansion dan menuju ke wastafel yang berada di dapur.
"Memang boleh?"balita itu memiringkan kepala lucu, ia menurut ketika kedua tangan nya dengan perlahan di basuh oleh Orion. Tak lupa memakai kan sabun cuci tangan, pria itu dengan telaten membasuh sampai ke sela-sela jari gemuk Ruby.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY ANDROMEDA
Fantasy"Papa jelek." Itu dia, balita itu lah alasan nya. Alasan sang predator duduk tenang, dan menikmati celotehan tak jelas bocah mungil di pangkuan nya. "Perlu ku belikan kacamata, hm? Bahkan ketampanan ku bisa menghancurkan satu negara." "Jelek!" "Buta...