Ayo support author dengan cara vote dan komen 📍
Absen dulu cantik, di sini ya aunty👉
Happy reading
----
Pukul satu malam. Ruby terbangun di samping tubuh hangat Jendra. Ia melirik nakas yang terdapat bekas mangkuk dan juga beberapa butir obat.
Telapak tangan mungil nya lantas terangkat dan menempelkan tepat di atas kening Jendra.
Hangat. Tidak sepanas tadi sore.
Jendra sudah melewati masa sekarat rupanya.
Ruby lantas berguling, ia merosot kan tubuh nya. Hampir terjatuh karena ranjang itu cukup tinggi. Bocah bulat itu lantas berjalan menuju pintu keluar yang tidak terkunci.
Kaki pendek nya segera berlari kecil menuju ruangan kerja Orion. Pria tampan itu pasti ada di sana bersama para berkas-berkas yang selalu menggoda Orion.
"Papa."panggil Ruby dengan suara lucu.
Orion tersentak dan segera bangkit. Pria dengan setelan celana bahan hitam serta kemeja putih yang bagian dua kancing atas terbuka itu beranjak menuju pintu yang terdengar di dobrak oleh mahluk kecil.
Ceklek.
"Bulat."
Ruby mendongak dan langsung memeluk lutut Orion."Papa."
"Ada apa, kau mimpi buruk hm?"
Ruby menggeleng, tubuh nya melayang di gendongan Orion. "Kak Jendla sakit..."adu Ruby.
Orion menghela nafas, pria matang itu berjalan menuju sofa yang ada di ruangan. "Aku tahu."
"Kasihan..."lirih Ruby pelan.
"Dia seperti seorang sekarat bukan?"enteng Orion.
Ruby mendengus mendengar perkataan sang Papa. Orion gengsi, Ruby tahu jika Papa nya tengah khawatir, obat di atas nakas juga pasti perbuatan Orion.
Orion duduk dengan Ruby di atas pangkuan nya. Pria itu menatap tenang sebuah maha karya tuhan yang begitu menakjubkan. Mata Ruby selalu membuat Orion terpesona.
"Apa yang ada di otak Papa selain kelja?"
"Kamu, putriku."
Dua kata, dua kata yang mampu membuat hati Ruby kembali bergetar.
Ruby melirik berkas yang ada di meja kerja Orion. "Luby ingin tidul dengan Papa Oli. Apakah itu semua sudah selesai?"
"Sudah."singkat Orion.
"Mengapa Papa selalu bekelja? Bukankah kalyawan Papa Oliyon banyak?"
Orion tersenyum. Ia selalu menikmati sesi mengobrol dengan bulat nya.
"Begini, jadi perusahaan itu milik siapa?"
Ruby berkedip. "Tentu saja milik Papa."
Orion berdehem. "Yah, berarti itu tanggung jawab ku sebagai pemilik, karyawan dan staff hanya membantu, aku membutuhkan tenaga mereka, tapi tentu saja aku tidak boleh melempar tanggung jawabku semua kepada mereka, tidak boleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY ANDROMEDA
Fantasy"Papa jelek." Itu dia, balita itu lah alasan nya. Alasan sang predator duduk tenang, dan menikmati celotehan tak jelas bocah mungil di pangkuan nya. "Perlu ku belikan kacamata, hm? Bahkan ketampanan ku bisa menghancurkan satu negara." "Jelek!" "Buta...