Ayo support author dengan cara vote dan komen 📍
Absen dulu onty nya Luby 👉
Happy reading
---
"Berat badan nya bertambah."
Ketiga pria yang ada di ruangan itu seketika menoleh pada balita yang tengah berdiri di sudut ruangan membelakangi mereka.
Mendengar perkataan Lexy, bibir Ruby reflek mengerucut. "Apasih doktel Lexy, alat timbangan nya aja yang lusak, pelasaan tubuh Luby masih lingan, apanya coba yang belat nya beltambah."dumel Ruby sesekali menggigit buah persik yang ada di genggaman tangan nya.
"Itu bagus kan?"tanya Orion, pria tampan itu dengan senang hati membatalkan meeting nya hanya demi mendengar perkembangan Ruby secara langsung.
Lexy mengangguk ringan."Itu bagus, tapi lebih bagus lagi jika tinggi badan juga ikut bertambah, agar seimbang."jelas dokter tampan itu.
Jendra terkekeh."Jelas dari awal memang tidak seimbang."ejek nya.
Ruby di sudut sana pura-pura tidak mendengar saja.
"Bulat, kemari."panggil Orion. Ruby berbalik dan melangkah pelan ke arah sang Papa.
Lexy bangkit dan mengajak Ruby berdiri tepat di depan alat pengukur tinggi badan.
Dokter itu dengan serius menjalankan tugas nya. "Ya, bertambah."suara Lexy memecahkan keheningan yang sempat tercipta.
Ruby mendongak dengan wajah songong. Tentu saja dia bertambah tinggi, dia suka olahraga tau!
"Berapa centimeter?"tanya Jendra seraya melongok ukuran tepat di atas kepala sang adik.
Lexy menghela nafas. "Satu."
Jendra menahan tawa."Apakah itu bisa di sebut bertambah?"ujar remaja itu seraya menoel gemas pipi Ruby yang tengah tengah menggembung terisi buah persik."Bahkan tidak sampai satu inci."lanjut nya.
Ruby menatap sinis sang Kakak, setelah itu melangkah mendekati Orion. Balita itu memeluk lutut sang Papa.
"Ada apa?"tanya Orion seraya mengangkat balita itu kepangkuan nya.
"Kau sudah tumbuh sehat sejauh ini."ujar pria tampan itu, Orion mengecup beberapa kali pipi dengan lemak bayi itu.
"Luby gemuk..."rengek Ruby seraya menarik-narik kerah jas yang di pakai Orion.
"Apa yang salah hm? Bahkan Jendra dulu lebih gemuk dari mu."
Duar!
Di sebrang sofa, Jendra tampak menatap Orion nyalang. Mengapa Orion membawa-bawa namanya?!
"Sudah lah, jangan dipikirkan."tenang Orion seraya mengusap puncak kepala Ruby dengan lembut. "Kau akan tumbuh tinggi nanti."lanjut nya.
"Luby ingin cepat besallll!"seru balita itu.
Orion terkekeh. "Apa yang akan kau lakukan saat sudah besar nanti?"
"Pukul Kak Jendla!"
Tawa Orion kembali terdengar. "Bagus."setuju nya.
Jendra mendengus dan beranjak melengos pergi ke arah dapur, ia rasanya ingin mengambil gelas dan melempar kan nya ke kepala Orion.
Lexy menggeleng kan kepala. "Jadi, ayo kita imunisasi sekarang."
Ruby tersentak, imunisasi? Suntik dong?
Aduh!
"Apakah sakit?"Ruby bertanya pada Lexy yang tengah menyiapkan jarum suntik, apakah dengan raga bayi ini, Ruby akan merasakan sensasi sakit yang berbeda, jiwa nya memang sudah besar, tapi raga ini tentu saja masih balita.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY ANDROMEDA
Fantasy"Papa jelek." Itu dia, balita itu lah alasan nya. Alasan sang predator duduk tenang, dan menikmati celotehan tak jelas bocah mungil di pangkuan nya. "Perlu ku belikan kacamata, hm? Bahkan ketampanan ku bisa menghancurkan satu negara." "Jelek!" "Buta...