Ayo support author dengan cara vote dan komen 📍
(Instagram= ocean.desu)AUTHOR (SHEY)
--
Orion mengangkat sebelah alisnya. Netra nya menatap lekat sosok bulat yang berada di seberang meja makan. Jujur saja hanya sepucuk rambut berbentuk jamur yang terlihat, selebih nya badan bocah itu tenggelam oleh meja.
"Ouch...puff puff puff."
Bibir mungil Arbie mengerucut sebal, jari-jari gemuk nya tak sanggup menggapai makanan di atas meja.
Demi tuhan, ia ingin menangis karena kesulitan di dalam tubuh balita ini.
Para maid yang berada di sekitar area dapur hanya mampu menutup mulut menahan untuk tidak tertawa gemas.
Orion menghela nafas sejenak, sebelum bangkit beranjak menghampiri objek yang sejak tadi menarik di mata nya. Makanan di hadapan nya pun masih utuh tak tersentuh.
"Ambilkan bantal."titah nya pada salah satu maid.
Arbie berkedip, ia mendongak menatap pria dewasa dengan rahang yang terlihat tegas berada di samping nya.
"Kau merepotkan ya."gumam Orion ketika sebuah bantal sofa sudah berada di tangan nya.
Ia mengangkat tubuh mungil Arbie, lalu menaruh bantal sofa di atas kursi.
Arbie tersenyum menampilkan gigi susu nya yang belum tumbuh sempurna, ada beberapa bagian yang masih ompong.
"Uuuuu.."mata nya terbuka cerah, ia dapat melihat banyak nya makanan yang tersusun di atas meja.
"Nona!!"tiba-tiba maid reflek berteriak membuat Orion yang hendak kembali ke kursi nya seketika berbalik.
Mata nya menajam, ia berhasil menangkap tubuh Arbie yang hampir menyentuh lantai. Jantung nya tiba-tiba berdegup kencang.
"Melocot..."lirih Arbie kikuk, ia menggaruk pipi yang berisi lemak bayi itu.
"Kau..."geram Orion."Sekali lagi kau ceroboh, ku pukul pantat mu!!"
Arbie meringis seraya menggeleng kan kepala. Dia kan tidak sengaja, salah kan saja bantal sofa nya yang oleng.
"Om."
Mata Orion membulat. "Siapa yang kau panggil Om?!"
"Om Oliyon..."ujar Arbie dengan suara lucu.
"Oli--Oliyon? ah siapa, siapa yang kau maksud Oliyon?"
Kepalan tangan gemuk Arbie terangkat, jari jemari nya lantas terbuka, dan dengan wajah polos nya ia meletakan jari telunjuk nya di jidat Orion. "Om,"
Wajah Orion keruh, "Tahan Orion, jangan sampai kau membanting nya disini." Batin nya sinis.
Samuel yang sejak tadi menonton drama antara dua manusia berbeda umur itu tak kuasa menahan tawa, ia segera berlari keluar tak sanggup melihat wajah kesal atasan nya. Hey, jarang-jarang loh ketua mafia sombong itu memasang wajah keruh seperti itu.
Clop.
"Kotor."cetus Orion reflek menepis jari jempol yang tengah di emut Arbie.
Balita itu lantas mendongak dengan mata berkaca-kaca. "Lapal, Albi lapal!"rengek nya membuat Orion berdecak.
Pria itu melirik bantal sofa yang sudah tergeletak di atas lantai. Ia menghela nafas seraya berjalan ke tempat duduk nya.
Arbie sedikit kikuk saat ini berada di pangkuan seorang pria. Hey, ingat jika jiwa nya sudah dewasa. Tapi tak apa lah ya, lumayan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY ANDROMEDA
Fantasy"Papa jelek." Itu dia, balita itu lah alasan nya. Alasan sang predator duduk tenang, dan menikmati celotehan tak jelas bocah mungil di pangkuan nya. "Perlu ku belikan kacamata, hm? Bahkan ketampanan ku bisa menghancurkan satu negara." "Jelek!" "Buta...