Ayo support author dengan cara vote dan komen
(Instagram: ocean.desu)Happy reading
---
Mata polos Ruby sedikit meredup pagi ini. Dengan hanya menggunakan model tank top mini warna putih dengan logo Dior dan pita lucu sebagai pemanis nya. Ia tengah duduk di atas pangkuan Jendra.
Pagi pagi sekali, sang Kakak sudah berada di dalam kamar nya. Remaja itu menculik nya dari dekapan sang Papa.
Jendra membawa Ruby ke balkon kamar nya, menunggu matahari pagi muncul, berniat berjemur.
Lengan kokoh itu senantiasa menopang kepala Ruby, jemari nya bergerak mengusap bagian plester penurun panas yang menempel di dahi sang adik.
"Ku patahkan leher nya, dia berisik."
Ya, Ruby berjemur seraya mendengar kan cerita gila kakak nya. Jendra bercerita dengan wajah datar, seakan-akan kata-kata yang keluar dari mulut nya normal di dengar oleh seorang balita.
Suhu tubuh Ruby sudah kembali normal, Lexy bilang ia hanya kelelahan dan juga dehidrasi, mengingat kegiatan nya sebagai seorang balita sungguh sibuk, sibuk main.
"Kak.."panggil Ruby.
"Hm."Jendra menunduk, meletakan wajah tampan nya di ceruk leher Ruby. Aroma minyak bayi semerbak menerpa hidung nya.
"Pelnah demam?"
Jendra memejamkan mata nya. Tidak langsung menjawab pertanyaan Ruby, ia malah terdiam. Namun otak nya seakan berputar mengingat saat dia kecil pernah mengalami hal yang sama seperti Ruby.
Dulu bahkan ia sampai mimisan, raut wajah panik sang Mama masih jelas ia ingat.
Jujur saja itu sangat menyiksa, daripada demam ia lebih memilih patah tulang.
"Pernah."setelah beberapa menit terdiam, akhirnya Jendra menjawab.
Ruby menguap, ia masih sangat mengantuk, badan nya terasa sakit.
"Empeng Luby mana."gumam Ruby.
Remaja yang sejak tadi asik menikmati aroma bayi Ruby seketika tersadar. Ia melirik kalung pacifier Ruby yang berada di belakang leher sang adik.
Jendra segera memutar nya dan menyodorkan empeng andalan Ruby.
Balita itu menerima nya, dan terdiam menikmati hangat matahari dan juga hangat nya suhu dada Jendra.
Lama kelamaan bola mata jernih itu tertutup tepat saat pintu kamar Jendra terbuka.
Orion memandang datar ke dua punggung anaknya. Jendra melirik seraya mengangkat sebelah alis nya.
Pria tampan itu mendekat dan berjongkok di depan Ruby yang tengah tertidur.
"Satu jam lagi Papa akan ke bandara dan pergi ke Tokyo. Semua keperluan Ruby sudah di sediakan oleh Rumi. Beri dia obat sesuai resep Lexy, jaga adik mu dengan baik Jendra."
Alis Jendra menukik. "Ada masalah?"
"Hanya sekelompok gengster kecil."jawab Orion acuh, pria itu fokus memandangi wajah putri nya yang mulai memunculkan semburat merah lagi.
Pipi nya kembali terlihat seperti buah persik yang siap di makan.
Orion bangkit dan mengecup dahi Ruby singkat. "Aku akan merindukan mu bulat."
"Aku?"celetuk Jendra dengan wajah datar.
Orion berdecih sinis dan melenggang pergi begitu saja.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBY ANDROMEDA
Fantasy"Papa jelek." Itu dia, balita itu lah alasan nya. Alasan sang predator duduk tenang, dan menikmati celotehan tak jelas bocah mungil di pangkuan nya. "Perlu ku belikan kacamata, hm? Bahkan ketampanan ku bisa menghancurkan satu negara." "Jelek!" "Buta...