[S2. Bab 8//Hiraeth]🔞

10.6K 170 28
                                    


••••

"Kak! Kak Vano!" Suara panggilan lirih itu terdengar jelas di telinga Jevano. Namun Jevano masih sulit membuka matanya lantaran tubuhnya terasa remuk. Entah apa yang terjadi padanya, tiba-tiba dia merasa tubuhnya sakit dan kepalanya terasa berat.

"Kak Vano! kakak bisa denger aku?!" lagi panggil Malena sambil menepuk pipi Jevano pelan. Sampai akhirnya Jevano bisa membuka matanya perlahan. Samar-samar ia bisa melihat wajah Malena yang tampak khawatir di hadapannya.

"Kak! kakak udah sadar?"

Huh? sadar?
Batin Jevano. Karena seingatnya beberapa saat lalu dia baru saja bercumbu dengan Malena, tepatnya dia lah pelaku utamanya.

Sontak Jevano membuka matanya dan perlahan beranjak duduk, dia baru sadar kalau sekarang dia berada di atas lantai.
"Syukur kakak udah sadar, kak ikutin aku ya, tarik napas pelan-pelan, jangan mikirin apa-apa dulu, kakak ambil napas dulu pelan-pelan." arahan dari Malena itu Jevano ikuti, karena dadanya memang terasa sesak sekarang, beserta keringat yang mengucur di wajahnya.

Setelah beberapa kali menarik napas dan Jevano bisa bernapas dengan benar, Jevano beranjak dari lantai dan mencoba duduk di sofa, dan saat dia melihat ke arah sekitar, ternyata dirinya masih berada di ruang tengah, bukan di kamar Jevano seperti yang Jevano kira sebelumnya.

Setelah itu Malena berlari ke arah dapur dan mengambil segelas air hangat untuk Jevano.

"Ini kak, minum dulu." Malena memberikan air minum itu pada Jevano, dan perlahan Jevano meneguknya.

"Ada apa ini?" tanya Jevano setengah berbisik.

"Kakak barusan pingsan, dan maaf kalo aku lancang, aku harus kasih kakak CPR karena kakak sempat nggak bernapas."

Mendengar pengakuan dari Malena Jevano mengerutkan keningnya dan baru menyadari kalau ternyata apa yang ia alami barusan bersama Malena bisa dibilang mimpi sesaat di saat dirinya pingsan.

Yah, Jevano memang kerap mengalami hal seperti ini di saat dia sudah sangat kelelahan, atau sedang menahan emosinya yang tak tersalurkan.

"It's okay," hanya itu kata Jevano yang kemudian beranjak dari sofa perlahan. Malena merasa tak tega, ia pun berusaha memegangi lengan Jevano.

"Aku bilang nggak apa-apa," tegas Jevano dengan tatapan dingin. 

"Tapi kakak masih lemes dan pusing kan? lebih baik duduk dulu di sini."
apa yang Malena katakan itu benar, kepala Jevano memang masih pusing dan lututnya lemas. Jevano harus segera menebus obatnya lagi jika sudah begini.

"Apa... hal kaya gini baru terjadi sekarang? atau sering?" tanya Malena hati-hati. Meskipun dia tak ingin mengganggu Jevano, tapi dia sangat penasaran dengan kondisi Jevano sebenarnya.

Jevano sontak menatap Malena dingin.
"Aku akan kaya gini di saat aku emosi atau ngelihat hal-hal yang aku benci."

Seperti ada yang meninju dada Malena, karena jelas sekali kalau ucapan itu tertuju untuk dirinya. Malena pun tertunduk.

"Yah, aku paham. Mulai sekarang aku akan minimalisir pertemuan kita. Aku... nggak akan banyak muncul di hadapan kakak." Setelah itu Malena pun beranjak dari duduknya, dia akan mulai menjauhi Jevano mulai sekarang.

Dan saat Malena sudah berbalik untuk pergi.
"Tunggu!"

Malena berbalik perlahan.
"Aku harus tegasin, kalo tujuan kami kembali cuma untuk ngambil Gio dari aku, aku pastiin itu nggak akan pernah terjadi. Dan kalo kamu ngotot nuntut minta hak asuh Gio cuma buat rencana kamu untuk pergi sama laki-laki lain dengan membawa Gio, itu juga nggak mungkin terjadi."

Simpanan Sepupu Iparku//Nomin GS🔞 END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang