•••
Malena mematung saat Gio berjalan mendekatinya, sementara kedua matanya menatap lekat pada bola mata anaknya. Demi apapun jantung Malena hampir tak bisa dikondisikan, dia sungguh takut dan gugup jika apa yang sebenarnya ia inginkan terjadi, yakni saat Gio memanggilnya dengan sebutan yang paling ingin dia dengar.
"Mama!" Dan kini tubuh Malena benar-benar terduduk di lantai. Jevano sempat mengerutkan dahinya, tapi saat ia lihat Malena baik-baik saja, dia pun tak jadi beranjak dari tempatnya.
"G-Gio..." bisik Malena.
"Suster, boleh kan mulai sekarang Gio panggil suster mama? papa bilang suster punya anak dan anak suster nggak tau dimana. Gio juga mamanya pergi, apa Gio boleh panggil suster mama?" Setelah mengucapkan itu Gio memeluk Malena, membuat Malena akhirnya bisa kembali bernapas dan menerima pelukan itu.
Entah apa yang terjadi padanya. Bukankah seharusnya Malena senang kalau Gio tahu tentang siapa dirinya? tapi kenapa sekarang dia malah merasa lebih lega saat Gio memanggilnya mama atas dasar rasa kasihan?
Beban perasaan bersalah di hati Malena tampaknya begitu besar, sehingga dia merasa sangat takut untuk menghadapi kenyataan bagaimana reaksi Gio saat anak itu tahu siapa ibunya. Pada intinya Malena belum bisa memaafkan dirinya sendiri, dan yah, dia akan menerima hal ini sekarang dengan rasa syukur. Karena dia merasa tak pantas berharap lebih selain mendapat belas kasihan dari puteranya sendiri. Malena akan melalui proses ini agar dia bisa memaafkan dirinya sendiri secara perlahan.
Bibir Malena tersenyum seraya memeluk tubuh kecil Gio.
"Iya sayang... terima kasih ya Gio. Dan mulai saat ini suster boleh kan anggap Gio sebagai anak suster?" kata Malena sembari melepas pelukannya, menanti jawaban Gio dengan rasa harap yang sangat besar. Dan betapa bahagianya Malena saat Gio mengangguk yakin.
Segera Malena memeluk Gio lagi, bersamaan dengan itu dia menatap ke arah Jevano, dia sangat berterima kasih karena kebohongan Jevano itu membuatnya bisa bernapas dengan lega sekarang.Namun di posisi Jevano, pria itu merasa bingung, kenapa Malena malah tampak bahagia? bukankah seharusnya Malena merasa sakit karena anaknya memanggil panggilan mama hanya atas dasar kasihan?
Sungguh Jevano tak bisa memahami jalan pikiran Malena sekarang.•°•°•°•
Singkat waktu, malam pun tiba. Malena tengah menemani Gio yang akhirnya tertidur juga setelah anak itu belajar dan bermain bersamanya dan Jevano seharian. Malena tersenyum dan kemudian mengecup pipi lembut puteranya, setelah itu baru dia keluar dari kamar Gio, karena tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Malena merasa sangat lelah dan ingin segera mandi lalu tidur.
Namun baru saja dia menutup pintu kamar Gio, Jevano menghadangnya.
"Ikut aku ke ruang kerja," tegas Jevano yang kemudian berjalan, Malena juga hanya mengikuti perintah itu dan mengekor di belakang Jevano.Tapi baru saja mereka akan masuk ke dalam ruangan kerja, tiba-tiba Jevano mendapatkan telefon dari Rena. Wanita itu menanyakan tentang keadaan Jevano dan sialnya Jevano malah sengaja mengubah mode telefon ke loadspeaker sehingga Malena bisa mendengar apa yang wanita itu katakan pada Jevano.
Jevano tampak sengaja membuat pembicaraan di antara dirinya dan Rena jadi seperti pasangan yang saling mencintai, tentu itu membuat Rena merasa heran, namun wanita itu mengabaikan rasa herannya dan akhirnya masuk ke dalam permainan Jevano yang sudah jelas sekali ingin sekali melihat apa reaksi dari Malena.
Setelah kurang lebih 5 menit, telefon antara dirinya dan Rena selesai, Jevano berbalik dan melihat bagaimana ekspresi Malena saat ini. Dan sialnya Malena tidak menunjukan ekspresi apapun selain diam menatap Jevano. Wanita itu tampak biasa saja dan itu membuat Jevano terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Sepupu Iparku//Nomin GS🔞 END✔
Fanfiction{SELESAI} WARNING! [S1 Bab 26-51 Unpub] [S2 Bab 26-31 Unpub] [PDF Ready] Cerita ini memiliki rate 18+/21+ mungkin, karena terdapat adegan yang tidak pantas dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur. Dan cerita ini memiliki 3 season dalam 1 book. Bab y...