[S2 Bab.3//Hiraeth]

2.5K 101 14
                                    


•••

Detak jantung Malena seakan tak bisa dikendalikan selama perjalanannya di dalam taksi menuju ke salah satu hotel yang ada di kota Jakarta. Di sampingnya kini ada Hanky yang tengah memerhatikan tingkah Malena yang sudah kelihatan gusar sejak pertama mereka naik pesawat beberapa jam lalu.
Pria itu bisa merasakan kalau Malena sangat gelisah sekaligus tak sabaran, padahal jadwalnya bertemu dengan Lucas adalah besok.

Perasaan gelisah yang sama juga dirasakan oleh Hanky, pasalnya pria itu jadi makin khawatir. Antara bisa dan tidak bisa merelakan Malena kembali ke Indonesia, Hanky merasa walaupun keadaan sudah berubah, namun Hanky sangat ragu dengan perasaan Malena yang katanya akan tetap fokus pada Gio. Jujur dia sangat takut kalau antara Malena dan Jevano akan terjadi sesuatu jika mereka tinggal dalam 1 rumah lagi seperti di masa lalu, hingga akhirnya dia akan benar-benar kehilangan Malena jika memang hal itu sampai terjadi.

Dengan keberaniannya, Hanky pun menggenggam jemari Malena, itu membuat Malena terlonjak dan lekas menatap Hanky. Ia melihat pria itu tersenyum. "Kamu pasti deg-deg-an ya?"
Malena tersenyum simpul dan kemudian perlahan melepas genggaman tangan Hanky, tapi pegangan itu malah Hanky pererat sehingga Malena tak bisa melepaskan.

"Maaf Len, cuma ini yang aku bisa sekarang, aku nggak minta lebih, aku boleh kan ngerasa takut kehilangan kamu karena sebentar lagi kamu bakalan ketemu mantan suami kamu?" ungkap Hanky membuat Malena berhenti melepaskan genggaman tangan Hanky.

"Kenapa kakak harus kaya gini lagi?" tanya Malena sembari menatap lirih pada Hanky.

"Jujur Len, aku sama sekali nggak bisa tenang kalo kamu harus 24jam ketemu sama Jevano. Aku takut dia melakukan sesuatu lagi sama kamu yang bikin kamu nggak bisa nolak dia kaya dulu lagi. Aku nggak bisa percaya sama dia."

Malena termenung, dan setelah itu dia dengan tegas melepaskan genggaman tangan Hanky.
"Kalo alasan kakak emang karena hal itu, aku juga nggak bisa ngubah pemikiran kakak. Tapi, aku cuma mau menegaskan, tujuanku pulang ke Indonesia sekarang cuma untuk Gio, tapi aku juga nggak mengklaim kalo aku bakal ngikutin pemikiran kakak soal hal-hal yang sebenernya nggak pernah aku pikirin sama sekali itu. Mungkin aku kelihatan sangat nggak tau diri dan jahat buat kakak, karena udah sejauh ini pun aku masih belum bisa nerima kakak. Aku nggak akan balikan sama kak Vano, tapi tolong juga... jangan bertindak seolah-olah aku menjanjikan sesuatu ke kakak, karena yang ada di pikiran aku sekarang cuma Gio, aku bahkan udah muak dengan masalah-masalah kaya gitu, aku udah nggak mikirin lagi soal asmara seperti yang selalu aku tegasin ke kakak."

Malena benar, dan Hanky sekarang sadar kalau kegelisahannya justru malah membuat Malena jadi kesal dan juga tertekan. Tidak, bukan ini cara Hanky, dia akan bergerak secara halus untuk membujuk Malena.

"Okay, maafin aku ya Len, aku cuma ngerasa aku takut kamu kenapa-kenapa."

Malena kini tersenyum lembut.
"Nggak kok, kakak tenang aja. Lagian kak Vano sekarang udah punya tunangan kan? jadi aku rasa dia bakalan mikir 2 kali untuk ngelakuin hal-hal bodoh. Justru yang aku takutin soal kak Vano sekarang adalah dia nggak akan ngizinin aku untuk ketemu sama Gio, karena mau gimana pun aku yang udah ninggalin Gio di saat anak itu butuh aku. Cuma itu yang bikin aku gelisah sekarang."

Lagi-lagi apa yang Malena katakan benar, hanya Hanky saja yang terlalu takut akan kehilangan Malena, padahal sebenarnya dia juga tak pernah memiliki Malena.

Sedetik kemudian ada telefon masuk untuk Malena, di sana tertera nama Lindha.
"Halo, Lin?"

"Malena? kamu beneran udah di Jakarta? Kak Nic bilang kamu lagi perjalanan ke Jakarta? itu bener kan?" spontan saja pertanyaan dengan suara bergetar dan haru itu menyerbu Malena.

Simpanan Sepupu Iparku//Nomin GS🔞 END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang