[S2. Bab 14//Hiraeth]

2.6K 181 34
                                    


Kaki Malena melangkah untuk menghampiri Jevano yang kini sedang memegangi dadanya sendiri. Pria itu tampak menahan rasa sesak. Lebih baik jika dia bisa menangis, namun faktanya Jevano tak pernah bisa meluapkan semua perasaannya dengan menangis, sehingga dia hanya bisa tersiksa dengan rasa sesak di dadanya.

"Kak..." lirih Malena yang mencoba untuk menolong Jevano, namun sayangnya Jevano malah menolak dan pergi begitu saja ke kamarnya, untuk sementara ini dia butuh waktu sendiri untuk minum obatnya dan menenangkan diri.

Malena pun hanya mengekor dari kejauhan, memastikan kalau Jevano baik-baik saja sampai ke kamar. Dan tidak hanya itu, Malena juga berdiri di depan pintu kamar Jevano, mendengarkan pria itu mengerang dan beberapa kali juga pria itu terdengar menyalahkan dirinya sendiri.

Ingin sekali Malena berada di sisi Jevano sekarang, namun dia harus bisa menahan dirinya dan tetap memantau dari posisinya saja sekarang, dia tak ingin keadaan Jevano malah akan semakin buruk jika melihat dirinya.

Menyakiti orang lain hanya karena dendam yang tak beralasan, hanyalah akan menyiksa hati nurani sendiri, dan itulah yang kini tengah Jevano rasakan. Semenjak Teyana bicara tadi, Jevano baru menyadari bahwa gangguan psikologisnya semakin parah. Entah kenapa rasanya begitu sulit untuknya mengambil keputusan, antara harus menerima kepulangan Malena atau justru harus melupakan wanita itu.

Sejujurnya, ada banyak hal yang Jevano rasakan selama ini. Yang pertama pria itu marah pada Malena, karena mantan istrinya itu sangat tega meninggalkannya dan Gio di saat mereka berdua membutuhkan Malena. Yang kedua Jevano merasa kecewa karena Malena tidak menepati janjinya dan tak mempercayai dirinya bahwa Jevano bisa menjadi seseorang yang menemani dan membantunya untuk membayar dosa-dosa mereka pada Teyana. Dan yang terakhir, Jevano merasa sangat bahagia sekaligus takut atas kembalinya Malena.

Kenapa Jevano takut? dan apa saja ketakutan itu?
Yang pertama Jevano takut jika Malena kembali hanya untuk sementara dan pada akhirnya akan merebut Gio darinya, karena bagi Jevano, Malena memang sudah tak mencintainya lagi.
Dan yang kedua, Jevano takut jika harus menerima kenyataan kalau suatu hari dia melihat Malena dan pria lain semisal Hanky akan bersama.
Baginya lebih baik melupakan wanita itu saja daripada dia harus melihat wanita itu bersama pria lain, namun apa daya, perasaan cintanya selalu mencegahnya untuk melupakan Malena, bahkan Jevano selalu berpikir kalau dia harus mengendalikan Malena seperti dulu agar dirinya tidak merasakan sakit lagi.

Namun sayangnya semua itu hanyalah implementasi dari rasa sakitnya selama ini, semua itu hanyalah obsesi keegoisan yang akhirnya malah menyakiti Malena secara mental.

Dan akhirnya, dengan semua rasa sakit dan keyakinannya yang mengatakan kalau dia masih mencintai Malena, Jevano memilih untuk menghentikan semua obsesi gila dan keegoisannya. Mungkin setelah ini dia akan sementara tinggal di rumah yang berbeda dengan Malena dan Gio, karena Jevano sadar dia tak boleh memaksa Malena ataupun menyakiti Malena lagi jika dia mencintainya. Dengan kata lain, Jevano akan mencoba untuk melepaskan Malena pelan-pelan.


•°•°•°•

Dua hari kemudian.

Jevano terlihat tengah bertelefon dengan Lucas sambil membereskan pakaiannya ke dalam koper. Keputusannya sudah bulat, meskipun dia harus sementara berjauhan dengan Gio, namun menurutnya inilah jalan terbaik, sebab dia tak mungkin menyuruh Malena pergi, dia tak ingin memisahkan Malena dengan Gio, namun dia juga tak ingin berada di dekat Malena karena khawatir dia akan sulit untuk menahan keinginannya lagi untuk memiliki Malena.

"Jadi lo beneran udah fix mau pindah?" tanya Lucas di seberang sana.

Jevano menghela napas.
"Nggak pindah Cas, cuma sementara."

Simpanan Sepupu Iparku//Nomin GS🔞 END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang