Bab 18

8.8K 201 4
                                    

Keadaan Malena sudah lumayan tenang, sejak Jevano menenangkannya satu jam yang lalu, wanita itu kini duduk di samping Jevano yang hanya diam menatap lurus ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan Malena sudah lumayan tenang, sejak Jevano menenangkannya satu jam yang lalu, wanita itu kini duduk di samping Jevano yang hanya diam menatap lurus ke depan.

Sesaat Malena memerhatikan luka di tangan suaminya itu, ternyata luka tersebut masih belum dibersihkan apalagi diobati, karena sejak tadi Jevano menemaninya.

Tatapan Malena kini merambah ke arah wajah Jevano, dia bisa melihat raut wajah letih di sana. Tentu saja suaminya itu pasti lelah, karena sudah seharian bekerja, dan ketika pulang dia malah harus mengurusi Malena yang nyaris jadi korban pemerkosaan.

"Kak!" panggil Malena dengan suara yang agak serak. Jevano langsung menoleh dan berusaha melebarkan matanya, sebab dia sudah lumayan mengantuk sekarang.

"Lukanya...obatin dulu," Kata Malena menunjuk ke arah luka di dampal tangan Jevano.

Jevano mengangguk. "Iya, nanti aku obatin, tapi gimana? sekarang kamu udah lebih tenang, kan?" Jevano bergerak untuk memeriksa kening Malena, barangkali istrinya itu demam sekarang. Tapi bagusnya Malena masih dalam kondisi aman, malah suhu tubuh Malena dingin.

"Aku ambilin air minum bentar," kata Jevano, tapi langsung ditahan oleh Malena.

"Obatin dulu lukanya, kak." permintaan itu pun akhirnya Jevano setujui, setelah itu dia mengusap kepala Malena sambil menatap lirih.

"Syukur kamu udah nggak apa-apa. Kalo gitu aku bisa minta tolong bantu obatin lukaku?"

Malena hanya mengangguk pelan. Setelah itu mereka pergi ke ruang tengah untuk mengobati luka Jevano, luka itu cukup parah karena di bagian punggung tangan Jevano ternyata ada luka yang masih mengucurkan darah sedikit, tapi kalau Malena lihat lagi lukanya bukan seperti sayatan pisau.

"Gimana kakak bisa dapet luka kaya gini? apa tadi kakak nonjok kak Bimo terlalu keras?" tanya Malena sambil membubuhkan obat oles di luka tersebut.

Jevano agak meringis, sebab mulai terasa sakit saat obat tersebut menyerap ke dalam lukanya.

"Nggak, kalo yang di punggung tangan ini kayanya luka pas aku ngedobrak pintu. Temen kamu si Hanky itu bener-bener nggak ada gunanya, dia gede badan doang, makanya aku berusaha buat dobrak sebisa mungkin. Dan kalo yang di dalem tangan ini kena pisau, si baj*ngan itu bawa pisau tapi untungnya nggak kenapa-kenapa."

Malena tertegun sejenak, rupanya semengerikan itu perlawanan Jevano pada Bimo, kemudian Malena mengangguk. "Iya, dia emang bawa pisau, kak," Kata Malena sambil mengingat lagi kejadian saat tadi dia diancam oleh Bimo dengan pisau tersebut.

Sontak Jevano menyergap salah satu bahu Malena. "Jadi dia sempet ngancam kamu juga sama pisau itu?"

Malena mengangguk, dan setelah itu air matanya kembali menetes lagi. Malena benar-benar trauma setelah kejadian hari ini. Melihat itu Jevano lekas memeluk Malena perlahan.

"Mulai besok, aku akan lebih ketat lagi jagain kamu, pokoknya aku akan pastiin dua orang brengsek itu nggak akan pernah keluar dari penjara dalam waktu dekat."

Simpanan Sepupu Iparku//Nomin GS🔞 END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang