Jevano menaruh sendok dan garpunya di atas meja, dengan rasa heran kemudian dia menatap Rena lewat ekspresi datar.
"Maaf, aku nggak bisa izinkan kamu tinggal di sini," tegas Jevano singkat."Why? kenapa aku nggak boleh tinggal disini?" protes Rena.
"Jelas alasannya karena kita belum menikah, kamu pikir kita hidup di negara barat yang nggak akan mempermasalahkan soal itu?"
Jawaban Jevano itu membuat Rena tersenyum kecut. "Emang di perumahan mewah kaya gini masih ngurusin urusan orang lain? lagian di sini aku tidur di kamar yang berbeda, sama halnya dengan Malena kan?"
"Ya beda dong, Malena di sini bekerja-"
"Dan aku di sini juga mengurus kamu dan calon anakku," potong Rena membuat Jevano menghela napas letihnya.
"Kamu paham nggak kalo itu berbeda, Malena bekerja sedangkan kamu tunanganku yang artinya nggak ada keharusan untuk tinggal di sini?" kukuh Jevano.
Mendengar itu Rena jadi langsung menatap Malena dengan senyuman kecutnya. "Aku heran, perbedaanku dengan Malena apa? kami sama-sama nggak menikah sama kamu-"
"Kamu paham nggak sih antara pekerjaan dengan status? Aku bener bener heran, gimana mungkin kamu yang seorang wanita karir bisa nggak paham soal perbedaan 2 hal sepele itu. Dan kenapa sih tiba-tiba kamu maksa pengen tinggal di sini?"
Tatapan mata Rena beralih ke arah Jevano, dengan intens wanita itu menatap tunangannya. "Karena aku nggak pengen ada wanita lain yang tinggal 1 rumah sama calon suamiku, sekalipun itu bekerja. Dan Malena, dia singel, dia juga nggak punya pacar atau semacamnya. So, wajar dong kalo aku melakukan tindakan pencegahan."
Rena mengungkapkan semua pemikirannya dan yah itu membuat Malena sedikit gugup, karena apa yang Rena katakan itu memang masuk akal dan akan menjadi ancaman juga untuknya."Pencegahan apa hm?" tanya Jevano yang kemudian lanjut makan lagi.
"Pencegahan hal yang nggak diinginkan dong. Kamu tau nggak? di dunia ini ada banyak orang yang awalnya cuma bermimpi bisa memiliki hal yang nggak pernah dia miliki sampe akhirnya harus menghalalkan segala cara buat mencapai impian itu."
Malena diam-diam terkekeh, dia benar-benar kesal mendengar perkataan Rena yang menurutnya sangat arogan.
"Trus maksud kamu Malena akan ngelakuin hal itu? kamu menuduh orang lain tanpa bukti gitu?" tanya Jevano dengan nada suara yang memperlihatkan sedikit kekesalannya. Jika bukan karena proyek yang sedang mereka kerjakan, Jevano mungkin akan langsung menegaskan kalau Malena adalah istrinya yang memiliki hak penuh atas seluruh milik Jevano.
"Y-ya... siapa tau aja kan. Aku cuma pengen melindungi apa yang udah jadi milikku."
Jevano hanya menggelengkan kepalanya saja sambil terkekeh, dia tak menyangka kalau Rena bisa lebih menyebalkan dari biasanya.
"Dan kamu juga belum tau kan kalo pengasuh baru kamu ini diam diam ketemuan sama laki-laki di depan rumah kamu?" celetuk Rena sembari menatap Malena dan bibirnya tersenyum penuh maksud.
"Maksud kamu apa?" tanya Jevano lalu melihat ke arah Rena. Kemudian Rena memberikan sebuah foto yang memperlihatkan saat Hanky memeluk Malena di depan rumah Jevano tempo hari.
"Lihat nih, gimana mungkin seorang pengasuh baru berani bawa laki-laki ke rumah kamu dan pake peluk-pelukan segala. Kita nggak tau kan apa yang mereka lakuin setelah itu?" Jevano terdiam melihat foto yang Rena dapatkan. Wanita itu benar-benar berusaha memprovokasi Jevano dengan semua tuduhannya.
Entah wanita itu dapat dari mana, yang jelas Jevano ingat betul soal bagaimana detil kejadian malam itu dan sekarang dia jadi tahu kalau ternyata Rena membayar seseorang untuk mengamati keadaan rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Sepupu Iparku//Nomin GS🔞 END✔
Fanfiction{SELESAI} WARNING! [S1 Bab 26-51 Unpub] [S2 Bab 26-31 Unpub] [PDF Ready] Cerita ini memiliki rate 18+/21+ mungkin, karena terdapat adegan yang tidak pantas dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur. Dan cerita ini memiliki 3 season dalam 1 book. Bab y...