[S2.Bab7//Hiraeth]

2.7K 170 34
                                    


Malena baru saja masuk ke dalam kamarnya setelah dia selesai membalas pesan dari Lindha, namun sayangnya pintu kamarnya tak sampai ditutup rapat ataupun dikunci olehnya, sehingga Jevano yang kini berjalan di belakangnya masih bisa melihat sedikit ke dalam kamar Malena melalui celah pintu tersebut.

Awalnya Jevano berniat ingin mengajak bicara Malena mengenai peraturan yang baru beberapa menit lalu ia buat sendiri dalam benaknya, namun saat melihat apa yang Malena lakukan di dalam kamar, Jevano menghentikan langkahnya segera.

Dengan jelas Jevano bisa melihat bagaimana mantan istrinya itu melepas pakaian tugasnya dan hanya mengenakan bra serta hotpants saja. Segera Jevano membeku di tempatnya. Dia tak bisa melanjutkan niatnya untuk bicara pada Malena, tapi dia juga tak bisa beranjak dari posisinya, karena pandangannya terus terpaut pada pemandangan di hadapannya.

Sudah berapa lama dia tidak melihat pemandangan seperti ini? rasanya sudah sangat lama sejak terakhir kali Jevano menonton film panas sendirian hanya demi memuaskan hasratnya.

Namun tidak, Jevano segera memalingkan pandangannya meski tubuhnya sudah mengalami reaksi alamiah, apalagi tubuh Malena sama sekali tak berubah, bentuknya masih sama dengan yang dulu, Malena seperti tak mengalami regenerasi pada bentuk tubuhnya padahal sudah pernah melahirkan.

Setelah Jevano bisa mengontrol pikirannya, ia pun akhirnya bisa beranjak dari tempatnya. Ia putuskan untuk pergi ke kamarnya saja sambil mengalihkan pikiran tak beresnya yang masih tersisa.

"Apa dia seceroboh itu sampe nggak tutup pintu?" monolog Jevano setengah kesal.

Namun bayangan Malena saat melepaskan pakaiannya seolah bersarang di dalam benaknya. Jevano mulai membayangkan tubuh Malena yang tanpa busana, seperti dulu saat mereka bercinta di dalam kamar.

Jevano sangat merindukan kehangatan tubuh wanita, khususnya Malena. Karena selama ini tak sekalipun Jevano pernah melampiaskan nafsunya pada wanita. Dia hanya melakukan self service untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.

Dan sekarang dia akan mengulangi kejadian saat dulu dirinya bertemu dengan Malena. Malena yang cantik dengan tubuh molek, itulah yang ada di dalam pikiran Jevano sekarang.
Jevano harus mengakui kalau Malena masih lah wanita paling cantik yang pernah ia temui dan nikmati di ranjang.

Yah, sudah bisa kita tebak, setelah ini Jevano akan membayangkan Malena ada di hadapannya sambil melakukan self service dengan tangannya sendiri. Meskipun dia sangat enggan memanggil nama Malena di setiap desahan kenikmatannya.





•°•°•°•

Keesokan harinya di ruangan Lucas.

"Jadi lo sebenernya udah tau kan kalo perawat itu Malena?" tanya Jevano yang baru saja duduk di kursi dalam ruangan Lucas.

Lucas pun mengangguk tanpa rasa takut sedikitpun, tentu itu membuat Jevano menyeringai.
"Why?"

"Why? hmm... exactly gue pengen keadaan Gio membaik. Lo harus mulai nerima fakta Van, mau gimana pun dia butuh ibunya di saat kondisinya kaya sekarang."

"Nggak Cas, selama ini Gio baik-baik aja tanpa Malena. Dia bahagia hidup sama gue, lagian problem kita sekarang cuma harus cari donor aja kan buat hatinya?"

"Yang kelihat sama kita emang Gio always smile, always happy, tapi kita nggak bisa jamin dengan psikologisnya. Kalo gue lihat selama ini Gio nggak pure bahagia."

"Nggak pure bahagia maksud lo gimana? lo tau kan gimana gue ngurus dia selama ini?"

"I know, dia emang bahagia punya sosok papa kaya lo, tapi lo jangan lupa kalo dia juga butuh sosok mama. Dan gue yakin, Malena pasti bisa ngambil posisi itu dengan baik."

Simpanan Sepupu Iparku//Nomin GS🔞 END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang