Kedua tangan Malena mengepal kuat seiring telinganya mendengar derap langkah Jevano perlahan menjauh darinya. Sampai akhirnya suara tangisan terdengar-rupanya Gio yang melihat Jevano hendak pergi membawa koper berusaha mencegah papanya agar tidak pergi seperti biasanya jika Jevano akan bepergian keluar kota atau keluar negeri.Namun Malena tak tahu soal kebiasaan itu, ia hanya melihat Gio yang kelihatan menyedihkan. Sontak Malena pun berbalik dan cepat-cepat berjalan ke arah Jevano yang kini tengah menenangkan Gio.
Mulutnya ingin sekali mengatakan agar Jevano jangan pergi."Kak!" panggil Malena.
Jevano menoleh ke arah Malena sambil memeluk Gio. Tatapan mata pria itu terlihat menunggu Malena untuk bicara. Sungguh Jevano sangat berharap.
"Ya?" tanya Jevano.
"B-bisa kan kakak jangan pergi?"
Jevano tersenyum simpul. "Gio udah biasa gini kok, nanti juga nangisnya reda dan bisa main lagi kaya biasa, apalagi ada kamu kan sekarang di sini-"
"Bukan..." Malena menginterupsi.
Jevano menaikan kedua alisnya bertanya-tanya.
"Maksudku kakak jangan pergi, aku... " Malena menggigit bibirnya sangat gugup.
"Jangan pergi kak, aku pengen kakak nggak pergi." Akhirnya Malena mengatakannya juga, membuat Jevano tertegun menatapnya tak menyangka."Kenapa aku nggak boleh pergi?"
Akhirnya pertanyaan yang menjadi ketakutan untuk Malena harus ia hadapi juga. Apa yang harus ia jawab? sedangkan dia sendiri tak bisa sembarangan mengatakan soal keinginannya.
"Jawab Malena, kenapa aku nggak boleh pergi?"
"Karena... aku takut Gio-"
"Jangan pakai Gio sebagai alasan. Sekarang aku tanya sama kamu, gimana perasaan kamu ke aku?"
Malena tak menjawab pertanyaan itu, wanita itu malah berlari ke arah taman belakang untuk menghindari semua pertanyaan yang sulit ia jawab dengan kebohongan.
"Gio... tunggu di sini dulu ya, papa nggak akan pergi, papa bicara dulu sama mama suster."
Gio hanya mengangguk dan menatap kepergian papanya mengejar Malena.
Tidak butuh waktu lama, Jevano bisa menyusul Malena dan menyergap tangannya.
"Kamu belum jawab pertanyaanku Len, please... tolong jawab pertanyaanku, karena setelah ini mungkin aku akan bener-bener ngelupain kamu, apa kamu mau-""Iya aku nggak pengen kakak pergi, tapi aku nggak tau gimana harus ngeartiin perasaanku ke kakak karena kakak udah punya Rena sekarang. Gimana mungkin aku harus bilang kalo aku masih sayang sama kakak di saat kakak udah punya wanita lain, aku cuma pengen semuanya bahagia, aku nggak mau jadi pengganggu lagi dalam hubungan orang lain. aku udah ninggalin kakak, tapi aku nggak bisa bilang aku nggak punya perasaan sama kakak, aku nggak tau harus gimana kak, hiks hiks!" Akhirnya Malena menangis setelah menyatakan perasaannya yang menurutnya seharusnya tak ia nyatakan.
Perlahan Jevano memeluk Malena.
"Sshhh...Ssshhh... Iya nggak apa-apa kok...Maafin aku ya, aku terpaksa harus mendesak kamu karena aku butuh kepastian dari jawaban kamu Len. Dan kamu nggak perlu ngerasa nggak enak atau bingung lagi soal Rena, Malena. Inget, dari dulu sampe sekarang, kamu nggak pernah jadi perebut dari siapapun, emang aku yang milih kamu, aku yang jatuh cinta sama kamu. Jadi please jangan pikirin lagi soal itu." Kemudian Jevano melepas pelukannya dan menatap wajah Malena yang sudah basah dengan air mata."Sekarang tolong kamu jawab dengan jelas, apa kamu masih mencintai aku? apa kamu masih sayang sama aku?"
Malena mengangguk sembari mengusap air matanya. "Aku nggak tau ini salah atau mungkin nggak tau diri, tapi aku emang masih sayang sama kak Vano hiks hiks!" Jawab Malena yang kembali menangis lagi di hadapan Jevano, membuat pria itu tersenyum karena sekarang Malena terlihat seperti anak-anak yang tengah menangis karena dipaksa harus jujur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Sepupu Iparku//Nomin GS🔞 END✔
Fanfiction{SELESAI} WARNING! [S1 Bab 26-51 Unpub] [S2 Bab 26-31 Unpub] [PDF Ready] Cerita ini memiliki rate 18+/21+ mungkin, karena terdapat adegan yang tidak pantas dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur. Dan cerita ini memiliki 3 season dalam 1 book. Bab y...