Bab 11 - Hari Pertama di Etherea

42 4 0
                                    

Setelah menaruh barang-barangnya di kamar asrama, Ryan dan Matt kemudian pergi ke kantin untuk makan siang. Menu yang ada di kantin sangat bervariatif mulai dari makanan ringan seperti roti dan biskuit hingga makanan berat seperti nasi, pasta, dan juga daging. Karena mereka berdua cukup lapar tetapi tidak ingin memakan makanan yang terlalu berat, merekapun memesan sebuah spaghetti bolognese. Saat tengah menyantap makanan, Matt kemudian bertanya kepada Ryan.

“Ryan, kamu ingin fokus ke jurusan apa? Kalau aku sepertinya Eter element application, bagaimana denganmu?”

“Aku tidak terlalu tahu apa saja jurusan yang ada, jadi aku tidak bisa mengatakannya dengan pasti. Tapi yang bisa ku katakan, jika ada jurusan yang berhubungan dengan pedang, aku yakin aku bisa melakukannya.”

“Maksudmu, Combat and martial lesson?”

“Sepertinya iya. Oh ya, apa kau tahu jurusan yang menggunakan eter tapi eter murni yang tidak berelemen?”

“Hmm… aku juga tidak tahu. Mungkin ada yang seperti itu, memangnya kenapa?”

“Kalau boleh jujur, aku tidak punya elemen sama sekali.” mendengar pernyataan Ryan, Matt terkejut dan spontan berkata.

“Apa? Memangnya ada orang yang tidak memiliki elemen? Mungkin kamu belum membangkitkannya, eh elemen sudah ditentukan dari lahir. Jadi… bagaimana bisa?”

Menurut penjelasan dari buku yang dibaca Ryan, eter adalah sebuah kekuatan yang dimiliki oleh semua orang yang ada di seluruh dunia. Elemen yang ada di eter terbagi menjadi dua yaitu elemen dasar dan menyimpang. Elemen dasar adalah 4 elemen yang paling sering dijumpai di kehidupan sehari-hari, yaitu api, air, udara, dan tanah.

Elemen ini sudah ditentukan dari lahir karena diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Sedangkan elemen menyimpang adalah elemen yang ada di luar elemen dasar, seperti petir, magma, es, dan penyembuh. Elemen itu didapatkan karena mutasi genetik dari orang yang tinggal di sebuah wilayah dengan eter yang sangat melimpah dan memiliki tekanan yang cukup tinggi. Alhasil, tubuh mereka beradaptasi untuk melawan tekanan eter yang tinggi dengan menghasilkan elemen yang sama dengan tempat yang mereka tinggali.

Kemudian Ryan menjawab pertanyaan Matt.

“Entahlah, saat aku menggunakan eter, warna yang ada hanyalah warna putih saja. Cukup disayangkan aku tidak punya elemen.”

“Tidak perlu berkecil hati, Ryan. Mungkin eter tanpa elemen memiliki kualitas eter yang lebih baik dibandingkan eter dengan elemen.” hibur Matt saat melihat Ryan yang sedikit kecewa.

“Terimakasih sudah menghiburku. Tapi aku tidak terlalu memikirkannya, mungkin aku akan mendapatkan jawabannya dimasa depan.”

“Baguslah kalau kamu tidak terlalu terpaku pada masalahmu, kita harus fokus pada hal-hal baik yang terjadi di hidup kita!” seru Matt yang optimis terhadap masa depan.

* * *

Setelah makan di kantin, Ryan dan Matt berencana kembali ke kamar mereka masing-masing. Tetapi, saat mendengar keramaian bahwa ada pengumuman pembagian kelas di papan pengumuman yang berada di lobi asrama, Ryan dan Matt kemudian tertarik dan pergi ke lobi dulu sebelum kembali ke kamar mereka. Ryan dan Matt kemudian mengecek nama mereka masing-masing. Saat sedang mengecek nama, Ryan kemudian berbicara kepada Matt.

“Hei Matt. Lihat itu, kita satu kelas.”

“Aku juga melihatnya, Ryan.”

“Bagus.” tanpa ada angin dan hujan mereka tiba-tiba melakukan tos saat melihat nama mereka berada di satu kelas.

“Eh, tunggu sebentar Ryan. coba cek nama teman sekelas kita. Semua top 10 ada di sana, jadi tidak heran kalau kita ada di kelas yang sama.”

“Ah, iya juga, ya. Aku benar-benar tidak sadar. Jadi ini seperti kelas para elit, ‘kan?”

“Aku tidak terlalu mengenal top 10 yang lain. Tapi aku harap, mereka bukanlah orang yang penuh dengan permainan licik untuk menjatuhkan lawannya.” ucap Matt dengan ekspresi wajah masam.

* * *

Satu hari setelah upacara pembukaan siswa baru.

Hari pertama untuk para siswa tahun pertama memulai pembelajaran mereka di Etherea. Kelas siswa tahun pertama Etherea dibagi menjadi 16 kelas dengan masing-masing setiap kelas berjumlah 50 siswa. Untuk membedakan antara kelas satu dengan yang lain, kelas tahun pertama menggunakan urutan huruf alfabet setelah angka satu sebagai simbol tahun pertama. Misalnya, kelas 1A.

Menurut buku yang ku baca, Etherea dibagi menjadi 7 mata pelajaran jurusan yang akan dipelajari semua saat tahun pertama. Dan ketika naik ke tahun kedua, mereka bisa memilih salah satu dari ke-7 jurusan yang ada. 7 mata pelajaran jurusan Etherea adalah sebagai berikut.

1. Eterization
2. Herbs and poison
3. Combat and martial lesson
4. Eter element application
5. Eon learning class
6. Production class
7. Taming and contract

Kecuali jurusan Eon learning class, setiap mata pelajaran jurusan memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jadi, tidak ada yang lebih unggul dibanding yang lain. Aku tidak tahu apa itu Eon, tapi jika sang penulis berkata seperti itu. Mungkin memang ada suatu hal yang membuat pelajaran ini lebih unggul dari yang lain.

Pelajaran pertama dihari pertama masuk Etherea. Aku sudah siap dengan memakai seragam Etherea yang terdiri dari baju kemeja putih dengan logo Etherea, jas berwarna hitam, dasi berwarna merah, dan juga celana kain berwarna coklat. Warna dasi sebenarnya opsional, para siswa bisa memilih diantara tiga warna yaitu merah, coklat, atau hitam. Warna pada dasi tidak memiliki arti lain, hanya sebagai pemanis dan preferensi tiap siswa.

Aku kemudian berangkat dari asrama ke gedung Eins bersama Matt karena kamar kami bersebelahan. Kami pun tiba di gedung Eins dan mencari kelas 1A dengan bertanya ke salah satu staf yang sedang mengepel lantai. Saat tiba di kelas, aku dan Matt terkagum dengan luasnya ruangan ini. Ruangan kelas didesain seperti auditorium dengan ruangan yang semakin ke depan semakin kebawah tetapi yang membuatnya berbeda adalah ada sebuah meja lipat yang sudah menyatu dengan kursi kelas. Setelah memasuki kelas, kemudian ada seseorang yang masuk juga bersama kami. Aku pun menyapa Alicia yang masuk setelah kami.

“Halo, selamat pagi, Alicia. Bagaimana kabarmu?”

“Eh Ryan, kau kenal, Alicia?”

“Kan aku sudah bilang kemarin kalau lawan tandingku Alicia.”

“Apa yang kalian ributkan? Oh, ya selamat pagi juga untuk kalian berdua” Alicia membalas salam ku tetapi juga bertanya sesuatu karena penasaran. Aku dan Matt kemudian reflek menjawab secara bersamaan.

“Oh tidak, bukan apa-apa.”

“Ngomong-ngomong, apa kalian berdua tau pelajaran pertama hari ini?” seolah tidak tertarik lagi dengan yang ia tanyakan sebelumnya, Alicia kemudian mengubah topik pembicaraan. Ketika aku ingin menjawab bahwa aku tidak tahu, tetapi kata-kataku sudah dipotong oleh Matt.

“Jika tidak salah, pelajaran pertama adalah Eterization.”

“Eh… pelajaran pertama sudah susah ya, Etherea memang kejam.”

“Daripada memikirkan pelajaran yang belum dimulai, mending kalian berdua duduk dulu!” saranku kepada kedua temanku yang dari tadi berdiri, sedangkan aku sudah mencari tempat duduk. Setelah mereka duduk, tibalah profesor yang akan mengajar pelajaran Eterization.

Profesor itu memiliki warna rambut pirang yang dicukur pendek dengan wajah yang maskulin meski tanpa kumis ataupun jenggot. Dengan badan yang cukup besar dan juga terlatih, ia memakai setelan jas yang sama dengan para murid tetapi yang membedakannya adalah warna jasnya, yaitu berwarna abu-abu. Ketika aku melihat ke samping, aku melihat Matt berkeringat dingin. Matanya melihat ke berbagai arah tidak karuan, tubuhnya gemetar seperti sebuah respon trauma ketika melihat profesor itu.

“Sepertinya aku belum memperkenalkan diriku! Baiklah perkenalkan namaku adalah Marius Karlsen von Hendrix. Salam kenal untuk para siswa baru, semoga kita bisa akrab untuk satu tahun kedepan!”

Sekarang aku tahu alasan mengapa Matt sangat ketakutan.

New World: MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang