Bab 29 - Misi ke Wilayah Count Gastavl (6)

23 1 0
                                    

New World: Memoria - Bab 29

7 Tahun lalu.

Di sebuah desa kecil yang terpencil,hiduplah seorang anak bernama Sean. ia anak yang periang dan gembira; para warga desa juga sangat baik kepadanya. Ia merasa hidupnya sangatlah cukup dan sangat puas dengan apa yang ia miliki. Tapi, itu semua berubah ketika para monster menyerang desanya. Mereka menyerang dengan ganas, membuat hampir seluruh warga desa menjadi korban, menyisakan Sean seorang diri.

Kobaran api yang tidak padam terpancar di mata anak kecil itu. Kebahagiaan yang ia miliki, kini telah sirna menyisakan kesedihan mendalam. Para warga desa yang ia kenal kini hanyalah sebuah ingatan yang membekas di kepalanya. Ia tidak tahu mengapa takdir begitu kejam kepadanya. Dengan harapan agar ia selamat, para warga desa menahan monster itu dengan sekuat tenaga. Sean lari dengan semua kekuatan yang ia punya dengan harapan bisa pergi ke kota terdekat untuk meminta bantuan.

Seakan takdir membencinya; Sean terjatuh saat berlari dan yang lebih buruknya lagi, ada beberapa monster di depannya. Pasrah dengan keadaan, ia menangis tersedu-sedu karena harapan yang dibawa oleh warga desa sirna begitu saja. Menyerah dengan keadaan yang sudah seperti itu, ia menutup matanya sebagai tanda perpisahan kepada dunia ini.

Saat ia menutup matanya dengan rapat-rapat, terdengar suara pedang yang menebas sesuatu. Saat ia sedikit membuka matanya, ia melihat semua monster yang sudah mengelilinginya telah terbunuh oleh seseorang. Orang itu memiliki badan yang besar dan kekar dengan fitur mata yang tajam dan rambut yang dicukur pendek.

Orang itu mengulurkan tangannya kepada Sean, dan Sean melihat itu sebagai sebuah tanda harapan dan bukti bahwa harapan yang dibawa oleh warga desa tidak sirna. Sean kemudian mengulurkan tangannya ke orang itu dengan mata yang menampung banyak air mata.

* * *

Kembali ke masa sekarang.

Aku menunggu dengan sabar hingga Sean siuman. Dari ekspresi wajahnya, ia terlihat seperti mengalami mimpi buruk. Aku sebenarnya bukan orang yang cukup penasaran dengan masalah orang lain. Jadi, aku tidak terlalu memperdulikannya. Tapi, ia kemudian menangis mengeluarkan air mata, itu membuatku sedikit penasaran. Lalu, Sean siuman setelah pingsan karena kehabisan stamina saat melawan Armas.

“Kau akhirnya bangun, lama sekali! Setidaknya sudah 3 jam aku menunggumu bangun.”

“Ryan … kita ada dimana?” tanya Sean, melihat sekelilingnya.

“Kita sedang ada di salah satu bangunan yang masih berdiri kokoh di tempat ini. Setelah ini, aku berencana untuk mencari tahu informasi di kediaman Count Gastavl, apa kau mau ikut?”

“Tentu, aku berhutang nyawa padamu,” jawab Sean, menggaruk bagian belakang kepalanya dengan canggung.

Tap! Tap! Tap!

Langkah kaki seseorang terdengar mendekat. Aku dan Sean bersiaga jika Armas kembali lagi. Tapi, yang tidak kusangka seseorang yang sangat berbeda dari Armas memasuki ruangan ini.

“Siapa kau?” tanyaku

“Namaku adalah Liam, pelayan setia Count Gastavl. Jika kalian mencari Armas, aku sudah membunuhnya dengan tanganku!” Kami berdua pun terkejut mendengar pernyataan dari Liam.

“Dan bagaimana kita bisa percaya denganmu?” tanyaku dengan curiga.

“Tidak perlu dipercaya, aku hanya melakukan apa yang aku bisa lakukan, tidak kurang tidak lebih.”

“Dan kenapa kau membunuhnya?”

“Dia … membunuh masterku dan mengambil posisi masterku sebagai Count Gastavl dengan berpura-pura menjadi dirinya. Aku telat menyadari saat kalian bertempur dengannya. Tepat saat dia terpental, aku mengikuti jejaknya, lalu menghabisinya. Dia tidak bisa melawan karena sudah kewalahan melawan kalian berdua. Sebagai ucapan terima kasihku, aku akan menuntun kalian ke kediaman Count Gastavl untuk memberi hadiah sesuai yang disepakati di lembaran misi yang kalian bawa.”

New World: MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang