Bab 64 - Rencana Kekacauan dan Ingatan yang Hilang

20 1 0
                                    

New World: Memoria - Bab 64

Ryan lalu masuk ke ruangan Profesor Marius dan Profesor Marius menerima kunjungan Ryan yang tiba-tiba. Ia lalu mengajak Ryan untuk duduk dahulu di ruangannya.

Pemuda itu lalu menjelaskan kedatangannya yang tiba-tiba di sore hari: Mengembalikan cincin yang sebelumnya ia pinjam beberapa hari lalu.

"Kau bisa memilikinya, itu sebagai permintaan maafku karena membuatmu terkena masalah yang mengancam nyawa," ucap Profesor Marius.

"Itu bukan salah Anda, kita sendiri tidak tahu jika akan terjadi hal semacam itu." Ryan menolak permintaan maaf profesor sambil mengibaskan tangannya. Seakan berkata itu bukan masalah besar.

"Yah, yang terpenting sekarang kau aman. Jika kau masih merasa tidak enak badan, katakan saja kepadaku. Aku akan mengurus izin tidak masukmu."

Ryan lalu menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu, Profesor, aku sudah merasa segar bugar setelah bangun di rumah sakit."

"Baguslah kalau begitu." Profesor Marius tersenyum masam.

"Oh, ya, profesor, kudengar dari Kepala Akademi ada semacam pemilihan murid langsung. Apa itu benar?"

"Benar, tapi kebanyakan siswa memilih untuk menunggu hingga tahun kedua untuk memantapkan pilihan mereka. Memang ada apa? Kenapa kau tiba-tiba menanyakan itu?"

Profesor Marius sedikit terkejut dengan pertanyaan Ryan, tetapi ia berusaha untuk tenang dan menjawab dengan profesional.

"Apa aku bisa menjadi murid langsung Anda? Sepertinya bakatku ada di Eterization dan aku ingin mengasah bakat itu ke ranah yang lebih tinggi."

Profesor Marius sangat terkejut hingga ia hampir terjatuh dari kursinya karena tersentak kaget. Ryan menghampiri profesor karena khawatir tetapi Profesor Marius menolak dan mengambil kembali ketenangannya.

"Apa kau yakin? Masih ada satu tahun untuk memutuskannya. Mungkin saja di semester dua kau malah beralih ke pelajaran lain. Pikirkan saja dulu."

Profesor Marius menolak tawaran Ryan agar pemuda itu memikirkan lagi pilihannya. Meski dalam hati, ia menginginkan pemuda berambut hitam untuk menjadi murid langung dia.

"Maaf telah menganggu waktu, Anda, aku akan pamit karena hari sudah terlalu sore." Ryan menundukkan kepalanya, dan berdiri lalu pergi dari ruangan Profesor Marius.

Ketika Ryan telah pergi dari ruangan, Profesor Marius lalu bergumam, melihat ke arah jendela. "Aku ingin sekali. Tapi demi masa depannya, aku harus menunggu sekitar satu tahun. Yah, lebih baik seperti ini saja ...."

* * *

Pada malam hari.

Seorang dengan jenis kelamin yang tak diketahui, memakai sebuah setelan hitam penuh dengan wajah yang ditutup oleh topeng hitam sedang berjalan dengan santai di sebuah hutan.

Ia sedang bertemu dengan orang yang memakai pakaian yang mirip. Meski terlihat mirip, aura yang dipancarkan oleh orang yang ditemui terlihat seolah lebih mencekam, menandakan perbedaan kekuatan yang sangat jelas.

"Jadi, apa rencananya berjalan dengan mulus?" tanya orang itu.

"Ada sedikit hambatan, tetapi itu tidak terlalu penting. Secara garis besar, rencana ini sangat matang."

Seakan tersenyum di balik topengnya, ia lalu bertepuk tangan. "Baguslah kalau begitu, jika rencana ini gagal ... kita harus melakukan rencana lain dengan skala yang lebih kecil."

"Bukankah tujuan kita untuk membuat kekacauan? Kenapa kita harus bersembunyi, Ov?"

"Kau tidak boleh menarik perhatian 'orang itu'. Jika tidak, semuanya akan kacau!"

New World: MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang