Bab 38 - Barter Informasi

20 2 0
                                    

New World: Memoria - Bab 38

Alicia menghela napas panjang dan mengeluarkan kartu as-nya untuk membungkam mulut mereka bertiga.

“Kenapa tidak bilang? Padahal aku sudah menyiapkan informasi lawan yang akan kalian hadapi saat duel peringkat setelah ini.”

Terkejut, sangat terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Alicia, semua orang berteriak. Bahkan, Matt yang dari tadi diam juga ikut berteriak.

“Apa …?”

“Kenapa tidak bilang pada kita? Kalau tahu begitu, bisa dibicarakan baik-baik,” ucap Tiana ingin bernegosiasi dengan Alicia.

“Cih, kata-kata manismu tidak akan terpengaruh olehku!” seru Alicia.

“Jadi … apa yang kau inginkan, Alicia?” tanya Clara penasaran dengan isi pikiran Alicia.

Satu pertanyaan dari Clara membuat seluruh orang menjadi gugup. Terlihat, Alicia sedang menahan tawanya seakan ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak jadi mengatakannya.

Ketika yang lain melihat itu, membuat mereka semua makin ketakutan dengan apa yang diminta oleh Alicia.

“Tidak banyak, aku hanya ingin sedikit kejahilan kecil saja,” ucap Alicia masih menahan tawa jahat.

Dengan satu pernyataan itu, wajah semua orang berubah putih pucat.

‘Kita membuat masalah ke orang yang salah!’ batin semua orang.

“Tidak usah banyak basa-basi, Alicia. Beri tahu kami apa yang kau inginkan,” sahut Ryan, muak dengan permainan psikologis yang dilakukan oleh Alicia.

Ketika rencananya sudah dibaca dengan sangat mudah oleh Ryan. Dengan terpaksa, Ia mau tidak mau harus mengungkapkan niatnya.

“Sederhana saja, kita akan melakukan barter informasi. Bagaimana?” tanya Alicia, secara tiba-tiba membuat sebuah tawaran.

“Barter informasi?” tanya semua orang.

Informasi apa yang diinginkan oleh Alicia? Pertanyaan itu terlintas di benak semua orang.
Hanya Matt saja yang tahu bahwa Alicia bergabung ke klub informasi dan ia tahu informasi ini akan digunakan di sana.

Clara dan Tiana tergiur dengan tawaran Alicia, sedangkan Ryan masih waspada dengan sikap Alicia. Ia mengambil langkah aman dan bertanya, “Untuk apa informasi itu? Jika kau gunakan untuk sesuatu … aku tidak akan memberinya. Lebih baik aku bertarung dengan orang lain daripada informasiku disebar luaskan.”

“Hanya informasi sederhana, kalian tahu tidak aku ikut di klub informasi. Dan informasi itu sangat penting. Apa kalian tidak tahu kalian itu cukup populer di antara siswa tahun pertama?”

“Banyak siswa yang ingin informasi kalian, mulai dari yang sederhana seperti ukuran sepatu, ukuran baju, makanan kesukaan dan wisata kesukaan. Atau bahkan informasi yang cukup spesifik seperti tipe lawan jenis kalian seperti apa? Banyak sekali siswa yang ingin informasi seperti itu,” jelas Alicia.

“Aku tidak tertarik percintaan, jadi katakan itu di klubmu! Aku di sini hanya karena masterku memintaku untuk bersekolah di sini!” teriak Ryan dengan keras. Entah apa yang membuatnya seperti itu, tetapi emosi yang terpancar di matanya jelas menunjukkan permusuhan ke Alicia.

Yang tidak Alicia ketahui, Ryan membenci orang yang memperjualkan kepercayaan teman mereka untuk sesuatu. Meski ini juga bisa menguntungkan Ryan, tetapi itu membuat Ryan sangat tidak nyaman.

“Oke-oke … kau membuatku takut, tenanglah Ryan. Aku akan menulisnya di sana. Jadi … bagaimana dengan pertanyaan sederhana?” tanya Alicia, seakan tidak peduli dengan reaksi Ryan.

Tanpa disangka, tiba-tiba Alicia mengeluarkan selembaran kertas di atas meja. Kertas yang ada memiliki banyak coretan dan hampir penuh dengan tulisan. Ketika Tiana mengambil selembar kertas. Ia terkejut melihat informasi yang ada di sana. Sebuah informasi tentang salah satu siswa tahun pertama, lengkap dengan kemampuannya.

Alicia kemudian mengambil kembali kertas itu dengan kasar dan mengembalikan semua kertas yang ada di atas meja ke tasnya. “Aku sudah sedikit memberi kalian waktu untuk mengintip sekilas. Bagaimana? Tertarik dengan tawaranku? Tentu saja informasinya harus sepadan dengan yang ada di kertas itu,” jelas Alicia.

‘Apa orang ini benar-benar dari keluarga bangsawan dan bukan dari keluarga pedagang? Bagaimana bisa kemampuannya dagangnya sangat baik?’ tanya Tiana pada dirinya sendiri.

Sebagai salah satu siswa yang berasal dari keluarga pedagang, Tiana melihat hal ini sangat tidak wajar untuk dilakukan oleh keluarga bangsawan.

Tergiur dengan kenikmatan sesaat, ia menerima tawaran Alicia. Yang tidak ia tahu, ia sudah membuat kontrak dengan jelmaan iblis. Tapi ia tidak peduli karena kesempatan tidak akan datang dua kali.

“Informasi apa yang kau inginkan?” tanya Tiana dengan muka serius.

“Hmm … mari kita lihat apa yang di inginkan oleh orang-orang yang membuat permintaan di klub.” Alicia membuka catatan kecil yang ada di tasnya

Buku itu seukuran kertas a5 dan juga cukup tebal. Di sana, terlihat banyak tulisan dan juga coretan dengan berbagai warna tinta. Ia kemudian melihat ke arah catatan dengan tinta berwarna merah dan biru.

“Oh … tidak banyak yang diminta rupanya. Apa makanan favoritmu? Tinggi badan? Ukuran sepatu dan terakhir. Apa kau sudah punya pacar atau bahkan tunangan?” tanya Alicia.

Terkejut dengan pertanyaan terakhir, tetapi Tiana akan menjawab semua pertanyaan itu. “Makanan favoritku adalah Risotto. Tinggi badanku sekitar 161 cm, ukuran sepatu … aku lupa. Aku tidak punya pacar bahkan tunangan,” ucap Tiana dengan jelas dan lantang.

Alicia mencatat informasi yang diberikan oleh Tiana dan memberi Tiana sebuah lembaran kertas. Lembaran itu berisi informasi lawan yang akan dihadapi oleh Tiana. Lawan yang ia hadapi adalah salah satu dari kelas C,  Oben Riley. Seorang siswa dengan kemampuan sedikit di atas rata-rata saat awal masuk Etherea. Tapi ia kemudian mengalami perkembangan pesat setelah melakukan periode penilaian misi.

Meski berada di top 10, tentu saja sebagai seorang siswa, ia juga waspada dengan perkembangan siswa lain yang bukan dari di top 10. Jika ia tidak waspada ia akan tersingkir dari posisinya. Ini semua dilakukan untuk bisa bertahan dari kompetisi sengit yang ada di Etherea. Tiana akan melakukan apapun untuk mempertahankan peringkatnya di antara top 10.

“Senang berbisnis denganmu, Alicia,” ucap Tiana dengan ekspresi senang.

Setelah itu, yang lain juga mengikuti untuk melakukan barter informasi mengenai diri mereka sendiri untuk bisa mengalahkan lawan yang akan mereka hadapi. Semua orang melakukannya kecuali Ryan. Ryan masih waspada dengan informasi yang akan ditanya oleh Alicia. Ia sendiri juga tidak terlalu peduli jika posisi nomor satunya direbut oleh orang lain.

“Apa kau yakin Ryan? Padahal aku sudah menyiapkan bagianmu dengan sangat baik,” tanya Alicia, sedikit memancing ketertarikan Ryan.

“Kau tahu? Orang yang akan menjadi lawanmu adalah orang yang ingin kau hajar pas itu, Arthur Morrison. Bagaimana tertarik tidak?” lanjut Alicia, masih tetap kekeh menawarkan barter informasi.

“Itu sendiri sudah cukup, aku tidak butuh informasi lebih lanjut lagi,” ucap Ryan.

“Yah, tapi karena aku sudah memberitahumu, kau harus membayar dengan sesuatu!” seru Alicia, menggunakan cara kotor untuk membuka mulut Ryan.

“Apa yang kau inginkan?” tanya Ryan.

“Cukup sederhana saja.” Alicia kemudian membuka tasnya dan mengeluarkan selembaran kertas kosong, ada juga yang berisi tulisan. Tumpukan kertas itu ia taruh di meja. Ryan sedikit terkejut dengan kertas yang cukup banyak itu.

Ryan mengambil satu lembar dan terkejut dengan isi kertas yang ia pegang. Kertas itu berisi kata-kata kagum mengenai dirinya dan bagaimana ia begitu menakjubkan ketika berhadapan dengan Profesor Joshua.

Ryan tidak tahu bahwa ia cukup populer di kalangan siswa tahun pertama.

“Aku butuh tanda tanganmu!” seru Alicia, memberi Ryan sebuah pulpen.

Satu pernyataan dari Alicia membuat bulu kuduk Ryan naik karena merinding.

New World: MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang