Bab 35 - Bazar Aktivitas Klub

24 1 0
                                    

New World: Memoria - Bab 35

Setelah perkenalan yang singkat, Aber kemudian mengajak Ryan melihat-lihat ruangan klub yang tidak terlalu besar tetapi cukup nyaman. Ia memberitahu apa saja yang ada di rak buku, dan Ryan juga bisa mengambil dan membuat sesuatu di dapur.

“Tempat ini cukup nyaman, sedikit lebih besar dari kamar asrama. Tapi masalahnya, cukup jauh untuk sampai ke sini.”

“Aku setuju, karena itulah aku juga jarang ke sini. Lagipula, anggotanya hanya kita bertiga. Tentu saja, selain kita bertiga ada kakak kelas kita yang sudah menjadi anggota lebih dahulu. Selain tempat ini, kita bisa bertemu di tempat lain selain ruangan klub jika membahas tentang aktivitas klub,” jelas Aber.

“Begitu ….”

“Kalau ada yang ingin ditanyakan silakan saja, Ryan,” ucap Gray yang dari tadi hanya diam mendengar kan saja.

“Sejujurnya tidak ada yang ingin kutanyakan, aku sendiri juga bingung,” kata Ryan, menggaruk kepalanya karena bingung.

“Hmm … kalau begitu, pertemuan kali ini kita sudahi saja. Aku juga ingin mengumpulkan laporan tentang anggota yang masuk ke profesor,” ujar Gray menunjukkan selembar yang tertulis nama mereka bertiga.

Setelah mengucapkan perpisahan ke Aber dan Gray, Ryan kemudian kembali ke kelas. Setelah istirahat, kelas terlihat sangat sepi, tentu karena hampir semua siswa pergi keluar untuk melihat bazar yang ada di lapangan.

Di depannya, terlihat Alicia, Matt, Clara, dan Tiana yang menunggu dengan sabar. Wajah mereka memiliki ekspresi penasaran seakan mereka berempat menunggu Ryan hanya untuk memuaskan rasa penasaran mereka.

“Apa yang kau bicarakan dengan Gray, Ryan? Katakan padaku!” tanya Alicia dengan penasaran.

“Tidak ada hal yang wah kok. Gray hanya memintaku untuk bergabung ke sebuah klub,” jawab Ryan sambil menggaruk kepalanya karena bingung dengan sikap keempat temannya.

Seakan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ryan. Keempatnya kemudian menyipitkan mata dan memiringkan kepala mereka.

Ryan yang bingung lalu ikut memiringkan kepalanya. Mereka berlima kemudian diam sejenak. Suasana canggung karena sangat sunyi,  juga karena yang lainnya melihat Ryan dengan tatapan tidak percaya membuat Ryan bertanya-tanya dalam pikirannya.

“Kenapa kalian melihatku seperti itu?” tanya Ryan.

“Hei, masa hanya membicarakan itu. Tidak mungkin, pasti ada yang lain!” teriak Alicia, menyangkal jawaban Ryan.

“Terserah kalian mau percaya atau tidak, tapi memang itu saja yang kami bicarakan!” jawab Ryan, membela diri.

“Apa mungkin masuk klub itu punya syaratnya sendiri, jadi hanya orang tertentu saja yang boleh masuk?” tanya Clara, memegang dagunya seakan berpikir keras dan sedikit menurunkan pandangannya.

Ryan kemudian membuang muka, sedikit panik dengan pertanyaan Clara. Melihat itu, keempat lainnya kemudian menganggukkan kepalanya, seakan puas dengan reaksi Ryan yang sedikit panik.

“Ah, jadi begitu …, aku paham kok Ryan. Jadi, syaratnya apa? Bukankah seru jika kita berlima bisa berada di klub yang sama?” tanya Tiana, sedikit bersemangat.

Ryan dengan ekspresi tegang, menelan ludahnya dan kemudian berkata, “Syaratnya adalah memiliki sebuah pemikiran yang bisa membawa kalian untuk mendapatkan Eon. Itu adalah inti dari klub penafsiran.”

Suasana menjadi hening hingga suara angin bergerak dari berbagai arah terasa terdengar. Tidak nyaman dengan situasi yang canggung, Ryan kemudian mengajak teman-temannya untuk melihat bazar yang ada di lapangan.

New World: MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang