Bab 65 - Catatan masa lalu

9 1 0
                                    

New World: Memoria - Bab 65

<Teruntuk diriku di masa depan. Jika kau membuka ini, artinya kau melupakan sesuatu.>

Ryan lalu membaca kalimat selanjutnya dengan ekspresi yang sangat gugup.

<Aku ucapkan lagi, halo untuk diriku di masa depan.

Jika kau membaca ini, aku telah membuat semacam hipotesis mengenai kemampuan kita.

Bagaimana jika kemampuan kita tidak hanya menghapus, tetapi juga menyegel ingatan kita di kesadaran paling bawah? Aku mendapat hipotesis ini ketika aku tiba-tiba mendapat potongan ingatan kita dulu. Lalu, aku membuat hipotesis lain, jika ingatan lama kembali, apa yang akan terjadi dengan ingatan yang sekarang?

Kita tidak akan bisa mengetahui itu karena setiap kali kita menggunakan kemampuan kita, kita akan selalu kehilangan kepingan ingatan kita. Dan karena itulah aku membuat surat ini; takut jika aku melupakan apa yang aku tulis.

Itu saja yang ingin aku katakan kepada diriku di masa depan. Catatlah apapun yang menurutmu penting agar tidak melupakan itu!>

“Diriku yang dulu mengatakan seperti itu, tetapi masih ada setengah halaman lebih? Apa aku perlu membacanya?” tanya Ryan pada diri sendiri.

Karena rasa penasaran yang tidak tertahan, ia akhirnya membaca lanjutan dari isi surat itu. Tapi, seakan membutuhkan usaha yang besar untuk membaca isi suratnya. Dengan jeda panjang, ia tidak bisa menyelesaikannya sampai akhir.

‘Apa yang telah kutulis!? Diriku di masa lalu, apa yang telah kau lakukan?’

Ryan tidak percaya bahwa ia telah menulis sesuatu yang sangat tidak wajar.

Pada awal-awal paragraf kedua, itu masih baik-baik saja, menceritakan satu hari sebelum insiden ibu kota. Tetapi, ketika ke ia lanjut membaca paragraf ketiga, itu hanya menceritakan satu hal, seorang wanita yang ia temui sebelum pertunjukkan Eter.

“Apa aku perlu membaca itu? Tapi jika tidak dibaca, aku tidak bisa tidur karena penasaran.”

Ryan lalu memberanikan diri untuk membaca paragraf terakhir dari apa yang ia tulis saat sebelum insiden di ibu kota.

Semakin ia membacanya, ia semakin paham mengapa ia menulis satu paragraf mengenai wanita ini.

“Ah, ternyata begitu …,” gumamnya.

Sampai pada kalimat terakhir dari paragraf itu.

<Apa kita bisa bertemu lagi, El? Aku setidaknya ingin mengucapkan terima kasihku karena dia telah membantuku pada waktu itu.

Diriku, jika kau bertemu dengan dia—seorang dengan rambut hitam dan mata hijau—tolong sampaikan terima kasih yang sangat tulus. Kau pasti bisa menemukannya hanya dengan deskripsi itu, ia terlihat menonjol dibandingkan orang lain dengan kepribadian yang ceria.
Sekali lagi, aku mohon carilah dia!>

Surat itu ditutup dengan penyesalan yang dalam dari Ryan sebelum hilang ingatan. Meski ia tidak merasakannya langsung, ia paham apa yang dimaksud diri dia di masa itu.

“Apa itu cuma rasa bersalah? Atau juga rasa berutang? Aku tidak paham dengan diriku ….”

Karena sudah malam hari, Ryan mencoba untuk memejamkan mata, menutup wajah dengan tangan dan tangan lainnya masih memegang kertas tadi.

Usaha itu tidak menghasilkan apapun, Ia sama sekali tidak bisa tertidur hingga pagi hari.

* * *


Pagi hari.

Matt, yang selalu mengajak Ryan untuk pergi bersama ke kelas, dikejutkan dengan penampilan Ryan yang sangat tidak biasa.

New World: MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang