Bab 13 - Combat and Martial lesson

35 2 0
                                    

New World: Memoria - Bab 13

Pelajaran setelah Eterization adalah Combat and Martial lesson. Para siswa kelas 1A diminta keluar gedung oleh Profesor yang mengajar. Setelah sampai di lapangan belakang gedung Eins, Profesor itu kemudian memperkenalkan dirinya.

“Selamat pagi anak-anak. Perkenalkan namaku Joshua Turner, dan aku adalah profesor yang mengajari kalian Combat and Martial lesson selama satu tahun kedepan. Semoga kita bisa akrab satu sama lain.”

Berbeda dengan Profesor Marius yang memiliki tubuh yang besar dan terlatih. Profesor Joshua memiliki tubuh yang cukup ramping tetapi tetap berisi. Ia memiliki rambut coklat panjang yang diikat dengan gaya ‘man bun’ dan mata berwarna coklat yang memiliki kesan ramah dan tidak mengintimidasi.

Selain siswa kelas 1A, terdapat siswa dari kelas lain yang sudah berkumpul di lapangan belakang. Profesor Joshua kemudian berkata dengan ekspresi riang.

“Sepertinya jadwal kelas kalian bertabrakan dengan kelas lain. Jadi aku mengusulkan untuk melakukan kelas gabungan untuk beberapa pertemuan sebelum jadwal kalian diubah. Kalian akan melakukan kelas gabungan dengan kelas 1B, semoga tidak ada hal-hal yang tidak diinginkan seperti bullying!” tepat setelah kalimat terakhir, ekspresi Profesor Joshua tiba-tiba menjadi serius dan mengeluarkan sedikit aura mengintimidasi. Para siswa yang merasakannya tidak bisa menahan kegugupan mereka.

“Sekarang, karena semuanya sudah berkumpul, mari kita susun kelompok dengan anggota maksimal 5 orang.  Ini hanya bersifat sementara, tetapi jika kalian merasa nyaman dengan anggota kelompok kalian, boleh saja kalian tetap bersama hingga akhir tahun. Kelompok dapat terdiri dari siswa kelas lain atau teman sekelas kalian sendiri.” setelah diinstruksikan untuk membuat kelompok, para siswa pun mulai membentuk kelompok masing-masing.

“Kita kekurangan 1 orang, ada yang mau masuk kelompok kita?”

“Ada kelompok yang butuh 2 orang lagi? Aku dan temanku ingin masuk kelompok yang kurang 2 orang.”

Situasi menjadi sedikit riuh karena para siswa aktif mencari kelompok dan kelompok berusaha menemukan anggota yang masih kurang.

Di bagian lapangan yang berbeda, Ryan, Matt, dan Alicia sedang duduk di ujung lapangan menikmati pemandangan yang ada di depan mata mereka. Mereka terlihat tidak terlalu peduli dengan pembentukan kelompok.

“Hei, kenapa kita tidak mencari anggota juga seperti siswa lain?” tanya Alicia yang sebenarnya ingin mencari tetapi malah ikut bersama dua orang temannya yang malas.

“3 anggota sudah cukup, tidak usah dipikirkan. Toh, ini cuma bersifat sementara, lebih baik berlatih sendiri.” jawab Ryan dengan nada santai seakan menyepelekan instruksi profesor, dan Matt yang mengiyakan di samping Ryan.

“Arghh… lebih baik aku cari sendiri! Awas saja kalian kalau protes!” teriak Alicia karena sikap santai Ryan dan Matt yang kelewat menyebalkan.

“Ryan, tapi sebaiknya kita bantu saja Alicia. Aku merasa tidak enak dengannya.” ajak Matt karena merasa bersalah meninggalkan Alicia mencari anggota lain.

“Hahh… tentu-tentu, ayo cari anggota lain.”

Ryan dan Matt kemudian menyusul Alicia untuk mencari kelompok. Belum mengatakan sepatah katapun, mereka sudah dikerumuni oleh para siswa yang ingin masuk kelompok mereka.

“Ryan, Matthew, Alicia tolong masukkan aku ke kelompok kalian. Aku janji tidak akan menjadi beban.”

“Tidak, pilih aku saja! Aku yakin aku bisa menjadi anggota kelompok yang lebih baik.”

Situasi menjadi yang awalnya sudah gaduh kemudian menjadi sangat ricuh. Matt dan Alicia bingung untuk menentukan anggota lainnya, dan Ryan yang melihat kearah mereka berdua dengan memasang ekspresi yang mengatakan ‘sudah kubilang, kan’.

“Yah, aku sudah menduga ini akan terjadi.” ucap Ryan melihat keramaian yang ada di depannya. Sama seperti Matt dan Alicia, ia juga sama bingungnya memilih anggota lainnya. Tiba-tiba, seseorang datang memotong keramaian dan menyuarakan dirinya kepada ketiga orang tersebut. Ia memiliki rambut hitam panjang dan mata berwarna biru.

“Halo, aku Tiana, sama seperti kalian aku juga top 10 meski urutan terakhir. Aku yakin dengan kemampuanku aku tidak akan menjadi beban untuk kalian.”

“Hmm… bagaimana?” kata Ryan meminta isyarat dari kedua temannya. Lalu, keduanya mengangguk secara bersamaan.

“Sepertinya iya, oke… selamat datang di kelompok ini.”

“Sebenarnya aku membawa teman, bolehkah temanku bergabung juga dengan kalian? Dia sedikit pemalu jadi tidak ada dalam keramaian ini.” tanya Tiana yang memiliki sebuah permintaan lain.

“Tentu, aku bingung memilih yang terakhir, jadi lebih baik aku memilih keduanya sekaligus.” karena Ryan sudah memiliki anggota kelompok lengkap, ia meminta siswa yang berkumpul untuk bubar. Siswa yang mendengar itu tidak bisa menahan kekecewaan mereka, tetapi mereka bubar dengan tertib.

“Terimakasih banyak.” kata Tiana sambil membungkukkan badannya. Ia kemudian memanggil temannya untuk kemari dan berkenalan dengan Ryan, Matt, dan Alicia.

“Halo—salam kenal, namaku Clara Morgan. Aku ada di peringkat 17, mohon bantuannya.” Ryan, Matt, dan Alicia kemudian memperkenalkan diri mereka. Setelah berkenalan, Ryan lalu bertanya sesuatu.

“Kalian berdua bukan tipe combat, ya?” mendengar pertanyaan itu, Tiana dan Clara terkejut dan sedikit menundukkan kepala mereka.

“Tapi, Ryan, sebenarnya tidak ada yang murni tipe combat di sini selain dirimu. Aku dan Alicia menggunakan elemen eter untuk menyerang juga, kami berdua masuk ke tipe combat caster.” ujar Matt, memberikan klarifikasi pada pendapat Ryan

Setelah membentuk kelompok, semua siswa disuruh berkumpul di depan Profesor Joshua. Profesor Joshua menjelaskan bahwa tujuan untuk membentuk kelompok ini adalah untuk melatih kerja sama tim. Siswa bisa menggunakan eter hingga serangan bertipe caster, meski ini adalah pelajaran Combat and Martial Lesson. Para siswa akan melawan para asisten yang dibawa oleh para profesor, yang semuanya adalah lulusan Etherea, sehingga membuat para siswa agak gugup. Tentu saja, mereka diberi batasan saat melawan para siswa kelas 1.

Kelompok pertama yang memulai adalah salah satu kelompok dari kelas 1B, mereka memiliki koordinasi tim yang cukup baik meski mereka baru pertama kali bekerja sama satu sama lain. Akan tetapi, daya serang mereka tidak cukup untuk membuat asisten yang mereka lawan kewalahan.

Kemudian giliran kelompok kedua, berbanding terbalik dengan kelompok pertama. Kelompok kedua memiliki daya serang yang tinggi tetapi memiliki koordinasi tim yang buruk. Alhasil, mereka dipermainkan oleh asisten yang mereka lawan dengan memancing serangan dari caster untuk mengenai salah satu anggota tim mereka.

Setelah melihat kedua kelompok yang pertama kali maju, aku dan yang lainnya kemudian menyusun strategi yang setidaknya bisa membuat asisten terpojok meski tidak bisa mengalahkan mereka. Sebelum memulai kita membagi informasi tentang bagaimana kita biasanya bertarung, serangan pamungkas dan lain sebagainya. Ryan kemudian berkata dengan ekspresi masam.

“Karena suatu alasan aku tidak akan menggunakan Burning Memory dan teknik lainnya. Aku hanya menggunakan serangan dasar saja. Jadi, kunci untuk kemenangan kita ada di kalian berdua, Matt dan Alicia. Aku akan membuat asisten itu fokus kepadaku dan kalian semua bisa menyerang secara bersamaan.”

“Tidak perlu memberi tahu kita, sepertinya ada alasan khusus kan? Baiklah akan ku terima posisi ku sebagai penyerang inti.”

“Baiklah ayo kita lakukan sesuai strategi.” ucap Tiana dengan semangat.

Profesor kemudian memanggil kelompok Ryan.

“Khusus untuk kelompok kalian, aku sendiri yang akan menjadi lawan kalian!”

“...”

Takdir memang kejam dan selalu tak terduga. Semua anggota kelompok Ryan terdiam tak sanggup mengucapkan sepatah kata pun.

New World: MemoriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang