11 - Kisah Uban

537 53 58
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🌷

"Dipakaiin minyak telon dulu apa krim ini, Mine?" tanya Hasby sambil mengangkat dua benda berbeda di tangannya.

Ara yang mendapat pertanyaan itu langsung tersenyum. Ia yang baru selesai mengambil beberapa kain dan juga kaos kaki serta baju bayinya segera beranjak ke kasur, tempat sang suami dan juga bayinya yang masih memakai handuk itu berada.

Setelah kegiatan memandikan bayi mereka selesai, Hasby meminta agar dirinya saja yang mengurus sekaligus mendandani putri kecilnya sementara istrinya sarapan. Namun sepertinya, laki-laki itu agak sedikit kebingungan melihat begitu banyak peralatan bayi milik Hafsha dan ia tidak tahu mana yang lebih dulu dipakai.

"Minyak telon aja, Mas, biar badannya hangat. Krim itu dipakai kalau Hafsha mau pakai pampers."

"Oh, begitu," angguk Hasby mulai sedikit paham dengan dunia perbayian. "Kalau ini buat apa?"

Ara terkekeh melihat tingkah suaminya itu. Kini, Hasby sedang mencium bau dari salah satu botol mini yang berjejer di rak. Sepertinya, Hasby harus mempelajari semua peralatan itu satu persatu.

"Itu baby oil, Mas."

Hasby ikut terkekeh juga akhirnya. Seharusnya ia bisa membaca tulisan yang ada di depan botol itu sebelum bertanya. "Kayaknya, Mas harus ikut kelas baby care deh habis ini."

Ara menggeleng kemudian duduk di samping Hasby. "Bukannya Mas sering dandani si kembar pas masih bayi?"

"Itu, kan, enam tahun yang lalu, Sayang. Mas udah lupa. Apalagi sekarang dunia semakin modern. Banyak banget produk-produk baru." Hasby menghela napasnya panjang. Tangannya masih terlihat mengusap minyak telon itu pada perut Hafsha dengan begitu lembutnya.

Ara hanya tersenyum melihatnya. Ia tidak menyangka jika Hasby akan setelaten itu mengurus anak-anaknya. "Habis ini pakai bedak, kan?" tanyanya mengambil botol bedak dari tangan istrinya.

"Itu Mas masih ingat," sahut Ara.

"Mas ingatnya pas pakai bedak aja," balas Hasby tertawa ringan. Tanpa menunggu lama, laki-laki itu memutar penutup botol bedak bayi tersebut dan menaburkan sedikit demi sedikit isinya ke telapak tangan. Setelah itu, barulah ia balurkan ke bagian leher, dada, punggung, dan ketiak yang rawan dengan biang keringat.

Setelah merasa cukup, laki-laki itu mengambil botol lain yang lebih kecil dan membuka tutupnya. "Sekarang putri kecilnya Ayah pakai ini dulu, ya, biar tambah harum," tutur Hasby hendak mengusap baby cologne.

"Pakaiin bajunya dulu, Mas," kata Ara menghentikan gerakan suaminya.

"Oh, begitu." Hasby kembali mengucap kalimat tersebut dengan wajah lucunya. Hal itu membuat Ara sangat gemas dan ingin sekali menoel pipi Hasby saking gemasnya.

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang