26 - Alfatihah untuk Hasby

402 45 19
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🌷

"Ayah, sini, Ayah. Jari-jarinya Bunda bergerak," panggil seorang anak perempuan terdengar begitu jelas menembus indera pendengarannya.

"Ayah! Bunda bangun!" seru anak itu lagi terlihat begitu gembira.

Benar saja, beberapa detik setelah anak itu memanggil ayahnya, bulu mata lentik nan cantik itu bergerak naik. Perempuan yang dipanggil 'Bunda' itu pun bangun dari tidurnya.

"Aku dimana?" gumam perempuan itu setelah melihat pemandangan di sekitarnya. Seumur hidup, ia tidak pernah melihat tempat indah ini sebelumnya.

Bunga tulip putih yang memenuhi hampir setiap area, kupu-kupu beragam warna yang beterbangan kemana-mana, pohon-pohon hijau yang tumbuh di setiap tempat, bau semerbak yang memanjakan raga, ditambah dengan kehadiran seorang anak perempuan yang kini menatapnya dengan raut bahagia, membuat perempuan itu semakin bertanya-tanya.

Dimanakah ia sekarang?

"Sayang? Sudah bangun?"

Suara lemah lembut itu sukses mengalihkan pandangannya. Ia tidak menyangka dengan apa yang ada di depan matanya sekarang.

"Mas Hasby?" panggilnya dengan suara kecil.

Bagaimana laki-laki itu ada di di sini?Bukankah beberapa menit yang lalu, ia mendapat kabar duka tentangnya?

"Bunda!" panggil anak perempuan itu mengalihkan pandangannya kembali. Pelukan erat yang diberikannya mengukir kerutan kebingungan di kening Ara.

"Haura kangen banget sama Bunda."

"H-haura?" Ingatan perempuan itu kembali berputar pada beberapa tahun yang lalu. Setelah berhasil menemukan nama itu, ia tersenyum penuh keharuan.

"Haura? Putri pertama Bunda?"

"Iya, Bunda. Ini Haura. Putrinya Ayah dan Bunda," balas anak itu mengusap tetesan air di ujung mata bundanya dengan tangan mungilnya.

Ara, perempuan itu menangkup wajah itu dan menatapnya lama. Ia tidak menyangka akan dipertemukan dengan putri pertamanya.

"Cantik sekali putri Bunda," ucapnya.

"Sudah Mas bilang, kan. Dia cantik, kayak kamu." Hasby ikut duduk bersama mereka.

"Haura seneng banget bisa ketemu Bunda."

"Bunda juga bahagia bisa lihat Haura," balas Ara. "Haura tahu? Sekarang, Haura sudah punya adik kembar. Mereka pasti bahagia ketemu kamu."

"Mas, ayo kita pulang bawa Haura. Dia pasti kangen sama adik-adiknya." Ara bangkit dari duduknya dan menarik tangan Hasby dan Haura. Namun, dua orang itu tidak bergerak dari tempatnya. Hal itu membuat Ara kembali bingung.

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang