بسم الله الرحمن الرحيم
🌷
"Gempa 6,8 magnitudo memporak-porandakan Maroko. Korban meninggal dunia mencapai ribuan jiwa. Ratusan bangunan di Kota Tua, Marrakech, rusak parah."
Tagline berita pagi itu berhasil menembus telinga seorang wanita yang baru saja selesai membuatkan kopi untuk sang suami. Namun sayang, belum sempat mengantarnya, cangkir yang ada di tangannya justru jatuh begitu saja saat matanya menangkap nama negara yang nampak besar di layar televisi.
"Ma-maroko?"
Tangannya bergetar hebat. Disusul dengan seluruh persendiannya yang tiba-tiba lemas. Karena tidak sanggup menopang tubuhnya, wanita itu menjatuhkan diri ke atas lantai dengan cukup keras. Rasa sakit yang dirasakannya saat ini tidak sebanding dengan rasa hancur yang perlahan menggerogoti hatinya.
"Ummah!"
Teriakan itu tidak berhasil membuat kepalanya menoleh. Tubuhnya masih membeku di tempat dengan sorot mata terpaku pada layar televisi. Setetes dua tetes air perlahan turun membasahi pipinya. Sampai ketika layar tersebut menampilkan kondisi bangunan yang luluh lantah, pun dengan korban-korban yang berhasil dievakuasi, tetesan kecil itu berubah menjadi kucuran deras.
"Ummah, Ummah kenapa?" tanya sang suami mencoba menyadarkan istrinya. Pria itu semakin kebingungan ketika melihat sang istri menangis tanpa suara.
"Ummah?"
Setelah mendapat sedikit guncangan di pundaknya, wanita itu menoleh juga akhirnya. "A-abah ..."
"Kenapa?"
"Putra kita ada di Maroko, Bah," beritahu wanita itu.
"Iya, Mah. Hasby masih di sana. Lusa, kan, dia pulang," ujar pria itu. Sepertinya, ia belum melihat sesuatu yang membuat istrinya syok seperti itu.
Bukannya merasa lega mendengar penjelasan suaminya, wanita yang tidak lain adalah Ummah Maryam justru menangis semakin histeris dan terdengar begitu pilu. Abah Abi tidak tega melihat istrinya seperti itu. Ia pun segera memeluknya erat.
"Putra kita, Bah. Putra kita," sebut Ummah Maryam kian mengencangkan tangisnya.
"Hasby kenapa, Mah?"
Ummah Maryam tidak menjawab. Ia justru menunjuk ke layar televisi yang masih menyiarkan kabar duka dari negara tempat putra mereka berada.
"Innalillahi wa innailaihi roji'un," gumamnya setelah melihat berita tersebut. Dia pun sama syoknya, tapi tidak menangis. Hatinya hancur, tapi mulutnya membisu. Dalam relung jiwa terdalam, ia masih berharap bahwa bencana alam itu tidak menimpa putranya di sana.
"Abah ...." Panggilan menyayat hati dari sang istri itu membuat pandangan Abah Abi teralihkan. Ia semakin mengeratkan pelukannya.
"Bilang ke Ummah, Bah! Bilang ke Ummah kalau Hasby baik-baik saja!" ujar ummah Maryam disela-sela tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]
Spiritual[ARABY Season 2] *** Hasby dan Aisyahra kembali dikaruniakan seorang putri kecil di usia pernikahan mereka yang ke-tujuh tahun. Kehadiran bayi perempuan itu membuat keluarga kecil mereka semakin lengkap dan bahagia. Namun, kebahagiaan yang dirasaka...