50 - Musibah yang Tiada Habisnya

300 37 10
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷

"Arfan jatuh terpeleset, Bunda."

Jantung perempuan itu seolah berhenti memompa darah setelah mendengar kabar itu. Tanpa pikir panjang, ia segera berlari ke tempat yang dimaksud putranya. Ia tidak sendiri, Ilham juga ikut menyusul. Namun sebelum itu, dia meminta tolong pada Sofya agar menjaga anak-anak dan menenangkannya.

"Astagfirullah! Anak siapa ini? Ke mana orang tuanya?"

"Kasihan sekali."

"Dasar orang tua tidak berguna! Bisa-bisanya meninggalkan anaknya sampai terpeleset seperti ini."

Ara yang baru sampai kamar mandi tentu bisa mendengar semua desas-desus orang-orang yang berkerumun di sana. Walau kata-kata mereka cukup menyakitkan bagi dirinya, tapi Ara tidak memedulikan itu semua. Fokusnya hanya satu, melihat kondisi putranya.

"Permisi," kata Ara mencoba melewati kerumunan orang-orang itu. Tangisnya pecah kala netranya menangkap sosok anak kecil tergeletak tak berdaya di bibir pintu dengan bibir yang terus-menerus menyebut namanya.

"Putraku!" Ara segera merengkuh tubuh kecil itu dan memeluknya erat.

"Bun-daaa ..." panggil Arfan dengan suara lirih.

"Arfan akan baik-baik saja, Sayang. Bunda ada di sini."

"Bund-aa, tangan Arfan sa-sakit."

Ara terperanjat mendengarnya. Sontak ia segera mengangkat kepala putranya dan tepat saat itu, keterkejutannya bertambah dua kali lipat setelah melihat darah yang kini menempel di telapak tangannya.

"Kita harus bawa Arfan ke rumah sakit," putus Ilham. Ia yang baru tiba langsung duduk di samping Ara untuk melihat kondisi anak itu. Dia juga sangat terkejut saat melihat darah yang ada di tangan perempuan itu.

"Dok ..." Tangan Ara bergetar hebat. Rasa takutnya akan darah semakin menjadi saat ini. Karena hal itu, Ilham segera mengambil langkah cepat untuk menyelematkan keduanya. Dia pun langsung menggendong tubuh Arfan sekaligus membantu perempuan itu untuk bangun.

"Ayo, Ra. Kita harus ke rumah sakit sekarang. Kamu kuat jalan, kan?" tanya Ilham. Ara hanya menjawabnya dengan anggukan pelan. "Pegang lenganku, Ra."

"A-apa?"

"Pegang lenganku. Aku akan membantumu keluar," pinta Ilham menyodorkan lengan kanannya. Sementara tangannya yang satu sudah ia gunakan untuk menahan tubuh Arfan di gendongannya. Ia tahu jika perempuan itu pasti masih lemas setelah melihat kondisi putranya sekarang.

Setelah melihat wajah Arfan, Ara setelah mematuhi apa yang dikatakan Ilham tadi. Setelah itu, barulah Ilham bergerak cepat menerobos pintu kamar mandi yang masih dikerumuni orang-orang.

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang