30 - Masih Ada, Namun Berbeda

427 40 8
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷

Tinmel, Maroko.

"Bagaimana sekarang, doctor Edmund?"

Pria jangkung dengan wajah sedikit tirus dan bagian dagu terlihat dipenuhi oleh bulu-bulu halus yang mulai memutih itu terlihat memperbaiki letak kacamatanya. Netra biru gelap miliknya masih terfokus pada sosok yang belum juga sadarkan diri setelah diberi tindakan darurat. Siapa pun yang melihat, pasti sudah tahu jika dokter senior itu tengah memikirkan sesuatu.

"Kita harus segera membawanya ke Malaga. Dia membutuhkan perawatan yang lebih intensif." Dokter yang begitu dihormati itu akhirnya mengeluarkan sesuatu yang sedari kemarin dipikirkan olehnya. Dia berbalik menghadap beberapa juniornya, hendak melanjutkan penjelasannya.

"Dia tidak akan bisa sembuh jika harus tetap dirawat di sini."

"Tapi, Doc-"

"Ada sepotong besi kecil yang menembus belakang kepalanya. Kita harus segera melakukan operasi untuk mengeluarkan potongan besi itu. Jika tidak, kemungkinan besok dia sudah tidak bisa diselamatkan." Dokter Edmund berhasil mengejutkan para tenaga medis yang berkumpul di tenda darurat itu dengan kabar yang dibawanya.

Pria itu kembali membalikkan badan ke arah laki-laki yang terbaring lemah dengan kondisi yang begitu memprihatinkan itu. Mengambil tempat duduk di sebelah pasiennya, tangan dokter Edmund terangkat untuk mengelus surai laki-laki yang begitu mirip dengan orang yang dia cintai.

"Kita harus menyelamatkannya." Dia bergumam seraya mengeluarkan napas panjang, menatap wajah pucat itu lekat-lekat dengan perasaan penuh kasih sayang. Entah mengapa, ia merasa bahwa laki-laki itu adalah Justine, putranya yang sudah lama hilang.

"Bagaimana jika nanti, ada keluarganya yang mencarinya?" tanya salah seorang perawat medis yang masih menunggu instruksi darinya.

Tanpa menoleh sedikit pun, dokter Edmund menjawab, "Saya sudah mencari tahu tentang dia, tapi tidak ada satu orang pun yang mengenalnya. Kita juga tidak bisa melakukan identifikasi segera, karena jemari-jemarinya pun hampir melepuh. Satu-satunya cara untuk mengetahui siapa dia, adalah dengan menunggu kondisinya pulih."

Helaan napas panjang yang kembali keluar dari mulut dokter Edmund menjadi penjeda. Kemudian, dia melanjutkan, "Biar saya yang mengurusnya di Malaga. Saya juga akan mengurus keberangkatan sore ini juga, bersama beberapa pasien lainnya."

Semua orang yang ada di tempat itu masih diam mendengarkan ucapan dokter seniornya tanpa niat untuk menyela lagi.

"Tugas saya sementara akan digantikan oleh doctor Mateo. Ada nyawa yang harus diselamatkan lebih dulu." Pria itu kemudian bangkit dari duduknya. Ia melihat para dokter dan tenaga medis itu bergantian, kemudian memegang pundak salah satu dari mereka.

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang