39 - Rumah Baru

325 32 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷

Sudah seminggu berlalu semenjak pemuda itu terbangun dari komanya. Kondisinya pun semakin membaik setiap harinya. Hal itu tentu berdampak pada boleh tidaknya ia pulang dari rumah sakit dengan segera.

Setelah dokter Edmund--sosok yang ia tahu adalah ayahnya--berdiskusi dengan beberapa dokter serta mempertimbangkan beberapa hal, akhirnya ia benar-benar diperbolehkan pulang hari ini. Dengan syarat, ia harus kembali ke sini seminggu dua kali untuk melakukan terapi.

Semua persiapan pulang sudah selesai dirapikan. Tiada barang yang dibawa meninggalkan ruangan karena memang, ia sendiri tidak punya apa-apa ketika dibawa ke sini. Pun dengan ingatan yang sebagian besar menghilang, ia hanya bisa pasrah mengikuti kemana ayahnya itu akan membawanya.

Kursi roda sudah disiapkan, tinggal menunggu ayahnya datang kembali ke ruangan. Sekitar lima menit duduk bersandar di bed rumah sakit, sosok pria dengan wajah khas Eropa yang sejak tadi ditunggu akhirnya datang.

"Sudah siap untuk pulang?" tanya dokter Edmund menyapa ramah.

Pemuda yang kini diberi nama Justine itu mengangguk. "Tentu."

Dokter Edmund tersenyum mendengarnya. "Ayo, Dad bantu turun," tuturnya mengulurkan tangan untuk membantu sang putra duduk di kursi roda.

Dengan gerakan teramat hati-hati, dokter Edmund berhasil mendudukkan putranya ke kursi roda. Tanpa berlama-lama, ia segera mendorong kursi roda tersebut ke luar ruangan.

Sepanjang perjalanan melewati bangsal demi bangsal, dokter Edmund dan juga pemuda yang bersamanya senantiasa mendapat sapaan hangat dan ucapan selamat, khususnya pada pemuda yang duduk di kursi roda itu. Mungkin mereka sudah tahu cerita haru dari sosok pemuda itu. Sampai-sampai mereka ikut bahagia mendengar kesembuhannya.

Sesampainya di parkiran, mereka langsung disambut oleh seorang laki-laki muda yang merupakan sopir pribadi dokter Edmund. Seperti di ruangan tadi, anak muda itu membantu Justine untuk berpindah dari kursi roda ke kursi mobil.

"¿Vamos ahora mismo a casa, señor?"¹

Dokter Edmund langsung menoleh setelah memastikan Justin duduk dengan nyaman di sebelahnya. "Tentu. Dia harus segera istirahat setelah ini," jawabnya.

"Está bien, señor Edmund."² Anak muda itu mengangguk mantap.

Señor adalah panggilan Tuan untuk seseorang pada majikannya di Spanyol. Sebenarnya, dokter Edmund sudah meminta anak muda itu untuk memanggilnya dengan panggilan biasa saja, tapi anak muda yang sudah bekerja sebagai sopirnya selama tahun terakhir itu merasa sungkan. Apalagi dengan kebaikan-kebaikan  yang diberikan dokter itu pada keluarganya.

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang