40 - Calon?

353 37 11
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🌷

Acara peringatan seratus hari sudah terlewati dengan khusyuk. Ribuan doa sudah berhasil melangit bersama harapan yang masih tersisa. Berharap, salah satu dari ribuan doa itu berhasil menembus Arsy dan menggetarkannya. Menembus sampai bumi dan memberikan petunjuk mengenai keberadaan seorang putra kyai Abi yang bernama Hasby.

Masih berada di masjid pesantren, Ara dan beberapa santriwati lainnya terlihat baru selesai merapikan buku Yasin ke tempatnya. Tidak sedikit dari santri putri itu yang memperhatikan Ning mereka dengan tatapan yang berbeda. Barulah ketika Ara berpamitan untuk kembali ke ndalem, bisikan demi bisikan terdengar menggema.

"Ning Ara kuat banget, ya. Ditinggal Gus Hasby bersama keempat anaknya. Kalau aku ada di posisi dia, belum tentu bisa sekuat itu," gumam santri yang memakai mukena biru.

"Bener, tuh. Kalau aku mungkin nikah lagi. Mana sanggup ngurus empat anak sendiri," sahut yang lain.

"Itulah kenapa dia jadi perempuan yang dinikahi Gus Hasby dan jadi menantu kesayangan Ummah Maryam. Karena perempuan kayak Ning Ara bukan sembarang perempuan."

"Kira-kira, Ning Ara bakal nikah lagi nggak, ya?" Masih terdengar bisikan dari arah lain.

"Kemungkinan kecil nggak sih? Soalnya, Ning Ara udah cinta banget sama Gus Hasby. Cinta mati lah istilahnya. Kayak, nggak mungkin ada laki-laki yang bisa gantiin Gus Hasby."

"Kita lihat saja nanti. Aku cuma berharap, Ning Ara bakal bahagia lagi kayak dulu."

"Aamiin."

***

Langkah kaki perempuan cantik itu berhenti di halaman rumah. Sebelum menutupnya, ia sempat melihat beberapa mobil yang masih terparkir di sana. Karena hal itu, ia tidak jadi menutup gerbang dan memilih jalan dapur saja. Ia yakin, pasti teman-teman abahnya masih bertamu di rumah.

"Assalamu'alaikum," ucapnya begitu sampai di pintu dapur.

"Wa'alaikumussalam, Ra?" Deviana yang tengah membuat teh hangat menyahut. Ia tersenyum melihat adik iparnya sudah tiba di rumah.

"Buat tamu Abah?" tanya Ara melirik ke ruang tamu.

Deviana mengangguk. "Papa juga masih di sini. Katanya mau nginep."

Ara bergeming. Jika papanya masih berada di pesantren, berarti ia tidak diperbolehkan untuk menginap sampai beberapa hari lagi di sini. Berarti, besok dia sudah harus benar-benar pulang ke rumahnya.

"Ara? Ngelamun, ya?" tegur Deviana saat melihat tatapan kosong dari perempuan itu.

Ara tentu kaget. Beruntung, ia segera bisa mengontrol keterkejutannya dengan menampilkan senyum di wajahnya. "Enggak, Kak. Tadi, cuma mikirin sesuatu."

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang