58 - Memantau dari Jauh

361 39 31
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🌷

"Mas, jadi mau beli kacang panjangnya? Kalau nggak, saya mau beli soalnya tinggal itu yang tersisa."

Suara salah satu ibu yang berdiri di sampingnya sukses mengembalikan kesadaran Hasby kembali. Dia baru ingat jika dirinya masih di tukang sayur. Bahkan, kacang panjang yang sempat dia lihat-lihat tadi masih tergenggam erat di tangan.

Sepertinya, dia harus banyak berterima kasih atas teguran ibu-ibu itu. Kalau tidak didasarkan, mungkin dia akan menjadi pusat perhatian karena ketahuan melamun. Bagian terparahnya, mereka akan mengenali wajahnya yang tertutup masker dan tentu akan membuat mereka heboh nantinya.

"Maaf, Bu. Silahkan," ucap Hasby akhirnya melepas sayuran tersebut dan membiarkan ibu tadi membelinya. Tanpa ingin membuat hatinya bertambah galau dengan gosip-gosip lain yang mungkin akan dia dengar lagi, Hasby segera membayar belanjaannya dan pergi meninggalkan ibu-ibu tadi.

Sepanjang jalan menuju rumahnya, Hasby sesekali mengecek ke belakang, takut ada seseorang yang melihatnya masuk rumah yang sudah lama tidak ditempati. Ketika berhasil menemukan suasana lenggang, dia segera mempercepat langkah masuk gerbang dan menutupnya rapat-rapat.

"Darimana saja? Kukira kau lupa jalan pulang," celetuk Justine yang tiba-tiba membukakan pintu. Mungkin dia sudah menunggu pemilik rumah itu dari tadi.

Hasby sebenarnya agak terkejut dengan kehadiran Justine yang tiba-tiba, tapi dia berusaha menormalkan ekspresinya sebisa mungkin. "Maaf, tadi saya harus mengantri sama ibu-ibu," tuturnya memilih masuk. Justine segera mengekori di belakang.

"Ibu-ibu? Memangnya kau beli apa?" tanya Justine penasaran.

"Beli sayur untuk makan siang." Hasby menjawabnya setelah dia tiba di dapur. "Kau sudah sarapan?"

"Sudah. Kau sendiri kayaknya belum sarapan." Justine berdiri tepat di sebelah Hasby demi melihat sayuran apa yang dibeli dan bisa dimasak oleh laki-laki itu. Dengan cepat, atensinya teralihkan pada sayur hijau panjang berbintil-bintil kecil yang dipegang Hasby. "Apa ini?" tanyanya penasaran.

"Oh, itu namanya pare."

"Kukira mentimun. Kau akan memasak ini?"

Hasby mengangguk cepat. Dia rindu salah satu masakan ummahnya, yaitu pare tumis telur. Meski rasa sayuran yang satu itu agak pahit, tapi Hasby suka. Dia juga tahu bagaimana cara memasaknya tanpa terasa pahit. Jadi, dia berencana untuk membuat menu makanan itu siang ini. Siapa tahu, Justine akan suka masakannya.

"Sepertinya, kita memang berbeda, Saudaraku."

Ucapan yang spontan keluar dari mulut Justine berhasil membuat Hasby menoleh. "Maksudnya?"

"Kau tampan dan pandai mengolah makanan. Sementara aku, memang tampan, tapi hanya bisa mencicipi masakan orang," canda Justine sambil terkekeh ringan. "Aku ingin melihat, bagaimana reaksi istrimu ketika kau membuat makanan kesukaannya. Pasti dia sangat bahagia punya suami pintar masak sepertimu."

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang