بسم الله الرحمن الرحيم
🌷
Perempuan itu masih sibuk dengan hati dan air matanya saat langkah Ilham bahkan sudah berjalan mendekat. Dia tidak sadar jika apa yang baru saja dialaminya tidak luput dari pandangan laki-laki itu. Ya, Ilham melihat air mata itu jatuh. Lagi.
"Eh, Ra?" Ilham menyapa dengan senyuman. Sapaan yang membuat tangan Ara bergerak cepat untuk menghilangkan jejak air matanya. "Udah lama di sini?"
"Baru aja, Dok," balas Ara terlihat menyipitkan mata. Pertanda dia tengah tersenyum. Meski tidak ada yang tahu itu adalah senyum buatan. "Maaf sudah bikin kamu nunggu lama."
"Nggak apa-apa. Saya juga baru sampai kok." Ilham berbohong. "Arfan dimana?"
"Oh. Arfan masih di kamarnya, Dok," beritahu Ara. "Biar saya saja yang gendong Hafsha." Ara segera mengambil putrinya dari gendongan Ilham sebelum tangan laki-laki itu pegal karena berat badan Hafsha yang sudah bertambah.
"Bisa tunjukkan kamarnya?" pinta Ilham.
"Lewat sini." Ara mengintruksikan Ilham agar mengikutinya.
Tidak jauh dari tempat tadi, mereka kembali berhenti. Ara membuka pintu bercat putih itu dan langsung masuk. Disusul Ilham di belakang.
"Sayang?" panggil Ara setelah melihat putranya sedang duduk sambil membaca buku.
"Bunda." Arfan segera menghentikan aktifitas membacanya setelah mendengar kehadiran seseorang.
"Coba lihat, ada siapa yang datang?" Ara tersenyum, lalu menggeser posisinya sampai sosok Ilham terlihat oleh Arfan.
"Paman!" Anak itu berseru senang. Entah sejak kapan, dua orang itu begitu akrab sampai Arfan sebahagia itu melihat Ilham di sana. Bahkan, dia langsung berlari dari tempatnya untuk memeluk laki-laki itu.
"Hai!" Ilham berjongkok untuk menyambut anak lucu itu. "Gimana kabarnya hari ini? Tangannya masih sakit?"
"Sedikit, Paman. Sakitnya terasa kalau Arfan banyak gerak," beritahu anak itu. Tidak lama setelahnya, Ara meminta putranya untuk duduk di sofa sembari Ilham memeriksa kondisinya.
"Nggak apa-apa. Kalau Arfan rajin minum obat, besok sakitnya pasti udah hilang." Ilham menyemangati.
"Tuh, Arfan denger, kan, apa yang Paman Dokter bilang? Kalau Arfan semangat minum obat, pasti tangannya cepat sembuh." Ara ikut memberi semangat untuk putranya. Kini, dia sudah duduk tepat di sebelah Arfan.
"Kalau sakitnya hilang, tangan Arfan nggak akan dililit seperti ini lagi, kan, Paman?" Arfan memperlihatkan tangan kanannya yang masih dipakaikan gips.
"Tentu. Kalau Arfan sudah benar-benar sembuh, tangannya nggak akan diginiin lagi. Jadi, Arfan harus tetap semangat, ya. Harus rajin minum obat, harus rajin makan juga. Oke?" Ilham menaikkan tangan untuk mengelus rambut Arfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]
Espiritual[ARABY Season 2] *** Hasby dan Aisyahra kembali dikaruniakan seorang putri kecil di usia pernikahan mereka yang ke-tujuh tahun. Kehadiran bayi perempuan itu membuat keluarga kecil mereka semakin lengkap dan bahagia. Namun, kebahagiaan yang dirasaka...