بسم الله الرحمن الرحيم
🌷
Malaga, Maroko.
Deburan ombak terdengar bak melodi yang membuat kelopak matanya terbuka. Hal pertama kali yang ditangkap netranya adalah arakan awan putih yang ikut memberikan warna pada birunya langit saat itu. Ketika menyadari bahwa sinar matahari tidak menembus indera penglihatannya, ia segera bangun.
"Laut," gumamnya mengulum senyum usai mendapati pemandangan menakjubkan di depan matanya.
Laut biru tanpa buih, menghampar sejauh mata memandang. Apalagi ditambah dengan hamparan pasir putih bersih, burung-burung berkicau menari kesana-kemari, serta beragam pepohonan yang meniup angin segar ke tubuhnya, membuatnya seolah tidak sedang berada di dunia.
Dibalik indahnya pemandangan tersebut, ada sesuatu yang lebih menarik fokusnya. Ternyata, bukan hanya dirinya di tempat itu. Tidak jauh di depan sana, ada seorang perempuan yang memakai baju sama dengannya, mengenakan hijab panjang dan juga cadar yang menutupi area wajah.
Mata laki-laki yang masih duduk di tepi itu memicing agar bisa melihat dengan lebih jelas. Sampai akhirnya, ia menyadari ada tiga anak laki-laki yang juga sedang bersama perempuan tadi. Usia mereka sekitar delapan tahun.
Lebih lama memandangi, laki-laki itu kembali menemukan seorang anak kecil perempuan yang sedang diajari berjalan oleh perempuan tadi. Tanda tanya pun muncul di benaknya. Mencoba menerka siapakah mereka? Sampai akhirnya, sosok-sosok yang ia lihat tadi kini terlihat berlari ke arahnya.
"Ayah!" panggil anak yang datang lebih dulu.
"Ayah, ayo main sama kita!" ajak yang lain sambil menarik tangannya agar berdiri.
"Ayo, Mas Hasby bangun. Kita main istana pasir," pinta perempuan bercadar tadi ikut menarik tangannya dengan senyum indah yang membingkai wajahnya.
Suara-suara itu terdengar bersahutan, seolah mengajak jiwanya untuk segera kembali ke dunia nyata. Meninggalkan alam mimpi yang mungkin memiliki petunjuk di dalamnya.
***
"Dia ... tidak akan kenapa-kenapa, kan, Tuan?" tanya pemuda yang masih berdiri dengan tangan berpeluh keringat dingin itu.
Sudah hampir setengah jam setelah kejadian sore tadi, tepat di saat ia menyaksikan tuan mudanya mengerang kesakitan, lalu dengan buru-buru ia menghubungi dokter Edmund. Sampai sekarang, ia belum juga ingin meninggalkan ruangan itu sebelum memastikan tuan mudanya baik-baik saja.
"Tenangkan dirimu, Houdar. Justine tidak kenapa-kenapa. Dia sudah saya beri obat. Jadi, untuk saat ini, biarkan dia istirahat dulu," jelas dokter Edmund beranjak dari duduknya dan menarik selimut agar menutupi seluruh tubuh putranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]
Espiritual[ARABY Season 2] *** Hasby dan Aisyahra kembali dikaruniakan seorang putri kecil di usia pernikahan mereka yang ke-tujuh tahun. Kehadiran bayi perempuan itu membuat keluarga kecil mereka semakin lengkap dan bahagia. Namun, kebahagiaan yang dirasaka...