08 - Tingkah Si Kembar

681 61 60
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🌷

"Abang, kita tidak apa-apa mengintip seperti ini? Nanti kalau ayah sama bunda tahu, kita bisa dicelamahi," bisik anak yang posisinya paling bawah.

Anak di posisi kedua pun menyahut, "Sebentar saja, Arfan. Lagipula, kita tidak melihat sesuatu yang mengandung dosa, kan?"

"Iya, benar itu. Kita, kan, sedang melihat ayah dan bunda makan bersama," timpal anak yang posisinya paling atas.

"Ayah kalau lagi makan sama bunda mirip kita, ya? Pipinya sampai kayak balon. Hihi," lanjut anak yang posisinya di tengah.

Kruk ...

Tiba-tiba saja, bunyi gemuruh dari perut salah satu dari ketiganya membuat seorang laki-laki yang berdiri di belakang mereka berkedut menahan senyum. Jika saja ia membawa ponsel saat ini, sudah pasti ia akan memotret ketiga anak lucu itu dan mengirimkannya pada orang tua mereka.

Laki-laki itu adalah ustaz Fariz, salah satu pengurus asrama putra yang ditugaskan Abah Abi untuk mengantar cucu-cucunya pulang. Setelah acara kajian tafsir ba'da Magrib tadi selesai, salah satu dari ketiganya meminta untuk pulang karena lapar. Karena tidak tega melihat saudaranya, dua yang lainnya juga ikut. Dan di sinilah mereka saat ini. Berdiri di depan pintu menuju dapur.

Sebenarnya tadi, ustaz Fariz sudah menawarkan anak-anak lucu itu untuk masuk lewat pintu depan, tapi karena si bungsu Arfan yang ternyata sudah lapar, maka mereka memilih untuk masuk lewat pintu belakang yang langsung terhubung dengan dapur. Dengan begitu, Arfan bisa langsung makan dan kembali lagi ke masjid pesantren.

Sayangnya, rencana yang sudah mereka susun tiba-tiba berubah ketika anak kembar itu melihat ayah bundanya sedang makan bersama di sana. Karena penasaran, mereka pun memilih untuk mengintip dengan posisi yang berbeda dan terlihat sangat lucu. Siapa pun yang melihatnya pasti akan gemas dengan tingkah mereka.

Arfan yang posisinya berjongkok sambil melongoskan sedikit kepala ke dalam. Aslan setengah berdiri dengan posisi di atas Arfan. Terakhir, Arkan yang posisinya paling benar di antara ketiganya.

"Alfan jadi lapel," kata anak yang berjongkok itu sambil mengelus perutnya. Lantas, Arkan dan Aslan menghentikan kegiatan mengintip mereka.

Arkan, yang dipanggil Abang langsung menangkup pipi gembul Arfan dengan tersenyum. "Arfan tunggu sebentar lagi, ya. Ayah sama bunda masih makan. Pasti sebentar lagi mereka selesai."

Setelah menasehati sang adik, tangan Arkan yang berada di pipi Arfan langsung turun ke perut Arfan. Dia pun mengelusnya sambil berdoa, "Ya Allah. Engkau lah Maha Kaya dan juga Pemberi Rejeki. Arkan minta, kenyangkan perut adik Arfan sebentar saja. Karena ayah sama bunda lagi makan bersama. Kami tidak mau mengganggunya. Aamiin."

Ustaz Fariz yang menyaksikan adegan itu merasa takjub dengan sikap Arkan. Ia tidak menyangka jika anak sekecil itu akan memiliki pemikiran luar biasa seperti tadi. Padahal ia yakin, ayah bunda mereka pasti bahagia kalau mereka juga ikut makan bersama-sama.

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang