17 - Kejutan?

511 64 68
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🌷

Gemercik air akibat hujan semalam masih terdengar turun di antara dedaunan. Semilir angin menjelang waktu Subuh terasa lebih dingin dari sebelumnya. Kesejukan yang dibawa hembusannya berhasil tembus celah jendela dan menerpa kulit putih milik laki-laki yang masih damai dalam tidurnya.

Namun, tidak lama kemudian, panca indera penglihatannya bergerak naik tatkala tangannya tidak merasakan sesuatu di sampingnya. Ia terbangun, lalu dengan kesadaran yang belum terkumpul penuh lisannya memanggil nama seseorang.

"Ra?" Laki-laki itu menyapu setiap sudut di kamar itu.

"Aku di sini, Mas."

Sahutan tersebut langsung membuat kepalanya tertoleh ke samping, tepat di depan lemari. Di sana, sosok yang ia panggil tadi tengah mengeringkan rambutnya sambil menyunggingkan senyum yang tertuju padanya. Tentu saja, helaan napas lega lolos begitu saja dari bibir merah alaminya.

"Alhamdulillah. Ternyata kamu di sana. Mas kira kamu hilang."

Perempuan itu terkekeh mendengar ucapan suaminya. Di saat seperti ini, bisa-bisanya laki-laki itu membuat guyonan. Efek baru bangun tidur pastinya.

"Wudhu dulu, gih," suruh Ara.

Hasby, laki-laki itu mengusap wajahnya berkali-kali sebelum benar-benar menuruti perintah istrinya. Ia memilih duduk sebentar demi menghilangkan sedikit denyutan kepala akibat bangun tiba-tiba tadi. Setelah melihat jam dinding, barulah ia beranjak dari kasur dan merapikan tempat tidur.

"Kamu nggak apa-apa mandi sepagi ini, Ra?" tanyanya kemudian.

Pasalnya, udara sedang dingin-dinginnya dan ia khawatir jika kondisi itu akan membuat kesehatan istrinya terganggu. Mengingat, tubuh Ara sangat sensitif dengan udara dingin. Bisa-bisa siang nanti perempuan itu sudah bersin-bersin karena flu.

"Enggak apa-apa, Mas. Lagipula sebelumnya, aku 'kan udah biasa mandi sebelum Subuh. Kata kamu biar awet muda," jelas Ara sambil mengingat ucapan Hasby waktu itu.

Ah, benar. Hasby hampir lupa jika istrinya itu adalah pengingat terhandal. Apapun yang dia katakan pasti akan terus diingat sampai kapanpun. Beruntung, kalimat-kalimat yang Ara dengar adalah ucapan-ucapan kebaikan dan nasehat-nasehat bermanfaat. Jadi, Hasby tidak pernah rugi jika ia banyak bicara dengan istrinya.

Namun terkadang, Hasby merasa bersalah jika Ara memakai perkataannya waktu itu untuk dijadikan dalih melakukan sesuatu seperti sekarang. Mandi sepagi ini, di saat cuaca lagi begitu dinginnya.

"Tapi ini masih jam setengah tiga, Sayang. Kenapa nggak mandi pas mau masuk Subuh aja? Nanti kalau kamu flu karena kedinginan gimana?" papar Hasby berjalan mendekat. Tanpa berkata apa-apa, ia mengambil handuk yang dipegang Ara dan membantu istrinya itu mengeringkan rambutnya.

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang