بسم الله الرحمن الرحيم
🌷
Sudah dua hari ini dia berada di negaranya, tapi tak banyak yang bisa dia lakukan. Semua rencana dan harapan yang sudah dia susun matang-matang ternyata hanya menjadi angan-angan. Keinginannya untuk segera menemui keluarga terpaksa dia tunda untuk sementara waktu, sampai hari yang dia sendiri tidak tahu kapan pastinya.
Kini, di atas sajadah biru mudanya, dia terduduk dengan kedua tangan menengadah ke atas. Kelopak matanya terpejam, mulutnya pun terkunci rapat, tapi hatinya bersuara riuh melantukan bait-bait doa pada Sang Pencipta. Dalam keheningan ruangan itu, butir-butir air perlahan turun membasahi wajah putihnya.
"Rabb, jika ujian ini adalah konsekuensi dari dosa-dosa yang telah hamba perbuat, maka tolong ampuni hamba. Jika takdir cinta hamba dengan Aisyahra akan berakhir seperti ini, bantu ikhlaskan hamba. Sungguh, tidak ada hal yang paling berharga dalam hidup hamba saat ini, kecuali melihat dia bahagia. Hanya satu keinginan hamba, Rabb, tolong pertemukan kami sekali lagi. Hamba hanya ingin melihat mata indahnya, sebentar saja."
Butiran air tadi sudah berubah menjadi aliran yang begitu deras tanpa henti. Semakin hatinya berbicara, semakin deras tumpahan air matanya. Semakin sesak pula dadanya. Terlebih ketika nama yang begitu dia rindukan selama ini tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Senyum indah yang pernah dia lihat turut membebani perasaannya.
"By, Hasby!"
Panggilan itu berhasil membuat matanya terbuka perlahan. Doanya sudah berhenti, tapi tidak dengan air matanya. Pemilik nama itu lekas menoleh ke arah laki-laki yang saat ini menatapnya dengan tatapan iba.
"Are you okay?" tanya pemuda yang memiliki warna mata biru laut itu. Dia adalah Justine, yang sejak beberapa menit lalu sudah memperhatikan 'saudara kembarnya' dari ambang pintu.
Sadar jika air matanya masih mengalir, Hasby menghapusnya dengan buru-buru, lalu menampilkan senyum manisnya demi mengatakan dia baik-baik saja.
"Saya nggak apa-apa, Justine."
Justine menghela napas pendek, lalu meletakkan tangannya di pundak laki-laki itu. "Apa kau merindukan keluargamu?" tanyanya yang dia sendiri sudah tahu jawabannya apa. "Kalau kau rindu, kenapa tidak langsung ditemui?"
Hasby menggeleng. Dia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan posisinya saat ini. Jika saja dia tidak mendengar kabar tentang pernikahan itu, dia pasti sudah menghampiri istrinya sejak pertama kali datang ke sini. Akan tetapi, karena berita tersebut, Hasby jadi berpikir kembali. Layakkah dia untuk menemui Aisyahra setelah sekian lama meninggalkannya? Atau mungkin, perasaan perempuan itu sudah hilang untuknya.
"Sudahlah." Hasby bergumam. "Apa kau sudah makan?" tanyanya sengaja mengalihkan topik pembicaraan.
Melihat respon Hasby seperti itu, Justine kembali menghela napasnya, kini dengan durasi yang lebih panjang. Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan pada laki-laki itu, tapi harus dia urungkan dulu. Dia akan menunggu sampai laki-laki itu menceritakan sendiri apa yang sebenarnya terjadi dalam keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]
Spiritüel[ARABY Season 2] *** Hasby dan Aisyahra kembali dikaruniakan seorang putri kecil di usia pernikahan mereka yang ke-tujuh tahun. Kehadiran bayi perempuan itu membuat keluarga kecil mereka semakin lengkap dan bahagia. Namun, kebahagiaan yang dirasaka...