37 - Peringatan Seratus Hari

328 35 6
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Siang sedang berada di puncak kepanasannya saat mobil putih David melaju keluar halaman rumah. Di dalamnya, sudah duduk seorang putri dan cucu kesayangannya. Sesuai keinginan sang putri, hari ini mereka akan mengunjungi pesantren demi melepas rindu yang beberapa hari ini tertahan di dada. Tentu, setelah menjemput ketiga cucu kembarnya di sekolah.

Langit Bogor hari ini memang terlihat sedang bahagia tanpa ada awan yang menghalau warna birunya. Meski udara luar cukup menyengat, tidak serta-merta menyurutkan sama Ara untuk bertemu dengan keluarga keduanya di pesantren. Bahkan, ia sudah meminta izin untuk menginap malam ini.

"Beneran cuma sehari, kan, Nak?" tanya David menghilangkan kesunyian yang sempat melanda di antara mereka.

Ara yang kini tengah meninabobokan putrinya langsung mengangguk. "Iya, Pa. Memangnya Papa izinin sampai seminggu?" Ia bertanya balik, tentu dengan niat yang tidak serius. Ara tahu jika papanya tidak akan setuju. Terlihat dari sikapnya yang tiba-tiba diam tanpa memberikan respon apa-apa.

"Seminggu lagi ulang tahunnya si kembar, kamu sudah ada rencana untuk memberikan hadiah apa untuk mereka?" David kembali melontarkan tanya.

Untuk pertanyaan kali ini, Ara hanya menggeleng pelan. Sebenarnya, ia sudah mempunyai rencana untuk mengajak mereka ke tempat impian mereka, tapi ia belum yakin seratus persen kalau itu akan menjadi hadiah untuk ketiga putranya. Lalu hari ini, ia kembali dilanda kebingungan. Hadiah istimewa apa yang akan dia berikan?

"Nanti Ara coba ngomong sama Fya, Pa. Siapa tahu dia punya ide," balas Ara akhirnya.

David mengiyakan saja. Setelah itu, ia tidak ingin memberikan pertanyaan yang lain lagi sebab cucunya kini sudah tertidur pulas di pangkuan Ara. Takut jika suaranya akan menggangu tidur sang cucu.

Lima menit kemudian, mobil yang dikendarai David terhenti di gerbang depan sekolah. Saat akan melepas seat belt-nya, Ara malah memanggilnya.

"Biar Ara saja yang masuk, Pa," katanya kemudian menyerahkan putrinya ke gendongan David secara pelan-pelan. "Ara titip Dede Hafsha bentar, ya."

David tersenyum ketika melihat wajah lucu bayi yang kini ada di gendongannya. Ia pun mengangguk dan membiarkan putrinya keluar untuk menjemput anak-anaknya di dalam. Namun, ada sesuatu yang membuat fokus David tertahan. Yaitu pemandangan tiga orang anak kembar yang kini berjalan keluar bersama seorang laki-laki muda nan tampan. Anak-anak itu terlihat sangat bersemangat dan bahagia ketika tangannya digandeng oleh laki-laki tersebut.

Sepertinya, bukan hanya David yang merasa aneh dengan pemandangan itu, tetapi Ara juga. Bahkan, ia sempat mematung di depan mobil saat melihat anak-anak mereka keluar gerbang bersama laki-laki asing. Segera saja, ia menarik kakinya untuk menghampiri mereka.

"Pangeran-pangerannya Bunda!" panggil Ara ketika langkahnya sudah dekat.

Ketiga anak itu bersama laki-laki tadi segera menoleh. Senyum mereka melebar dua kali lipat dari sebelumnya ketika melihat seorang wanita bercadar biru yang kini sudah ada di depan mereka.

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang