22 - LDR (Lelah dalam Rindu)

414 60 96
                                    

Baca bab ini sambil muterin lagu itu guys 😊

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷

Suasana perjalanan menuju pesantren yang dirasakan Ara sangat jauh berbeda dengan perjalanan ketika berangkat tadi. Jika beberapa jam lalu, yang duduk di sebelahnya adalah sang suami, maka sekarang yang mengambil kemudi adalah saudara tirinya sendiri.

"Ra?" panggil Sofya menoleh singkat. Tepat ketika pemilik nama itu melihat ke arahnya, barulah ia melanjutkan ucapannya. "Kamu kenapa?"

Ara tahu jika Sofya juga pasti merasakan ada yang berbeda dari dirinya setelah pulang dari bandara. Perbedaan itu terlihat begitu jelas dari raut wajahnya yang tidak seceria biasanya.

"Kamu nggak suka, ya, aku yang nganterin kamu?"

Ara merasa bersalah ketika Sofya menanyakan hal tersebut. "Siapa yang bilang kayak gitu? Kan aku sendiri yang minta kamu anterin aku dan anak-anak pulang, Fya."

"Lagian kamu dari tadi diem terus, Ra. Kalau si kembar lihat kamu, pasti mereka bakal nanya kayak tadi."

Ara terlihat mengambil napas panjang, mencoba memasukkan oksigen itu ke paru-parunya di tengah pikirannya yang masih melayang ke mana-mana. Beruntung, bayinya sedang tidur dan ketiga anak kembarnya ikut di mobil Wildan, jadi rasa bersalahnya tidak semakin besar karena hampir mendiamkan semuanya selama di perjalanan.

Sebenarnya, bukan siapa yang duduk di kemudi mobil itu yang membuat Ara pernah mengeluarkan sepatah kata sejak tadi. Akan tetapi, ia merasa tidak bertenaga ketika sebuah rasa kini perlahan singgah di hatinya. Rasa yang sebagian orang menyebutnya dengan kata rindu.

"Tuh, 'kan, diem lagi. Kita ke dokter, ya?"

Ara menolak dengan cepat. "Aku nggak apa-apa, Fya. Aku cuma ..."

"Cuma apa?"

"Cuma kangen sama Mas Hasby," ungkap Ara jujur. "Aku tau ini berlebihan dan tidak masuk akal, tapi semuanya berasa sepi kalau nggak ada dia di sini."

Sofya ikut menghela napas panjang setelah mendengar alasan diamnya seorang Aisyahra. Dengan tangan kiri yang tidak melakukan apa-apa, ia meraih tangan saudaranya itu demi menghilangkan kesedihan yang mungkin tengah dia rasakan.

"Rindu bagi dua orang yang saling mencintai itu wajar, Ra. Sesingkat dan selama apapun waktunya, sejauh manapun jaraknya, tidak ada yang dapat mengelakkan rasa itu untuk hadir. Apalagi kamu yang sudah terbiasa bersama Gus Hasby, pasti ngerasa hilang banget kalau dia pergi. Aku yakin, Gus Hasby juga merasakan hal yang sama kayak kamu." Sofya menjeda kalimatnya.

"Nggak ada yang ngelarang kamu buat rindu, tapi aku harap, rasa rindu itu nggak ngebuat kamu jadi kehilangan semangat dan lupa bahagia. Ingat, Ra. Ada si kembar yang kamu harus perhatikan. Ada Hafsha yang masih butuh banget sama perhatian kamu. Kalau kamu ngelamun kayak tadi, si kembar pasti khawatir. Kamu tahu, 'kan, kalau mereka tidak bisa melihat bundanya kenapa-kenapa?"

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang