59 - Firasat

406 41 31
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🌷

Helai demi helai pakaian yang semula bertumpuk di atas kasur kini sudah terlipat begitu rapi. Setrika yang sejak tadi memanas pun mulai mendingin, barulah setelah itu, alat pelicin pakaian tersebut diletakkan di wajahnya. Kemudian, baju-baju yang sudah rapi dan wangi tadi juga ikut dimasukkan dalam lemari, serta ditata agar mudah dijangkau jika ingin dipakai nanti. Tentunya, semua hal-hal tadi dikerjakan oleh tangan lembut Ara sendiri.

Ibu rumah tangga yang akan menapaki usia dua puluh lima itu terlihat begitu menikmati pekerjaannya. Berhubung, si buah hati sedang sibuk bermain dengan boneka kelincinya, jadi dia bisa menyelesaikan beberapa pekerjaannya dengan cepat.

"Nda, Nda!" panggil si kecil Hafsha yang baru belajar bicara. Bukan hanya itu, putri kesayangan keluarga David tersebut juga sudah bisa merangkak dan berdiri. Jika telaten dilatih berjalan, pasti Hafsha sudah bisa jalan sendiri walau usianya belum genap satu tahun.

"Kenapa, Sayang? Tunggu sebentar, ya. Bunda masih rapiin pakaian Dede Acha," balas Ara usai memberikan senyum terbaiknya pada sang putri.

Tidak berselang lama setelah momen singkat itu, suara ketukan pintu membuat Ara menoleh sekilas, lalu berkata, "Masuk aja, Fya." Dia tahu kalau seseorang yang hendak masuk itu adalah saudara tirinya karena usai sarapan tadi, dia meminta tolong untuk menjaga Hafsha sebentar.

"Udah selesai?" tanya Sofya meletakkan bubur kacang merah di atas meja. Setelahnya, dia menggendong anak kecil yang masih bermain mandiri itu untuk diberi makan siang.

"Sebentar lagi. Maaf, ya, ngerepotin," kata Ara tanpa melihat lawan bicaranya.

"Apaan, sih, Ra? Kayak sama orang lain aja." Sofya kembali mengambil mangkuk berisi bubur tadi untuk disuapi ke mulut kecil Hafsha. Bayi kecil itu sangat suka dengan bubur kacang merah, apalagi kalau Sofya yang membuatnya.

"Oh, iya. Siang ini jadi mau ke rumah?"

Ara mengangguk cepat. Sudah hampir dua Minggu ini dia tidak sempat mengunjungi rumah kecilnya dengan Hasby dulu lantaran fokus mengurus kesembuhan Arfan. Pasti tanaman-tanamannya ada yang layu di sana.

"Kamu benar-benar nggak ke rumah sakit, kan, Fya?" Kini giliran Ara yang bertanya. Mungkin dia khawatir jika terus menerus merepotkan saudaranya itu.

Sofya yang masih mengajak Hafsha bercanda juga mengangguk dengan cepat. "Kamu tenang aja, Ra. Hari ini aku free, kok. Aku bisa jaga Hafsha seharian."

"Syukurlah. Soalnya habis dari rumah, aku mau ke pesantren dulu. Nggak langsung pulang. Aku pengen ketemu Ummah."

"Berarti bawa si kembar?"

Ara diam sebentar. Sebenarnya, keinginannya untuk datang ke pesantren muncul tiba-tiba saat dia mencuci mukena yang pernah diberikan ummah Maryam padanya. Kalau dia mengajak putra kembarnya, kasihan mereka pasti capek seharian di sekolah.

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang