بسم الله الرحمن الرحيم
Berjalan sempoyongan, perempuan itu melewati anak demi anak tangga dengan tenaga yang semakin terkuras tiap langkahnya. Rongga dadanya masih terasa terhimpit dengan penjelasan sang ummah tadi. Mengapa di hari ia merasa sembuh, justru menjadi gerbang untuk membuka lukanya yang lain?
Pelan tapi pasti, telapak kaki yang terbalut kaos coklat susu itu berhasil tiba di depan pintu kayu bercat krem dengan tulisan kaligrafi indah di bagian atasnya. Persis di bawah ukiran kaligrafi tersebut, tersemat nama yang tak kalah indahnya di sana.
Muhammad Hasby Fahreza Abiyyu
Dia adalah pemilik kamar bernuansa islam timur tengah itu. Dia adalah penghuni kamar yang tidak pernah ada barang berantakan di dalamnya. Selalu bersih dan tertata. Kini, pemiliknya jutsru entah berada di bumi yang mana.
Dengan gerakan yang begitu pelan, tangannya terangkat untuk menyentuh nama dari ukiran kayu mahoni berwarna coklat tua itu. Seketika, timbunan kerinduan yang bermuara di hati terdalam mencuat ke permukaan. Ia menangis, bahkan sebelum memasukinya kembali.
Cukup lama menguatkan hati, tangannya menurun untuk memutar kenop pintu. Terbuka, dan sontak menampilkan semua hal indah yang ada di sana.
Perempuan itu melangkah menuju jendela, menyibakkan gorden sampai silau mentari siang menembus dalam ruangan. Cahaya alami dari cahaya sang Surya itu membuat penampilan ruangan tersebut lebih mendamaikan hati. Segala sesuatunya terlihat berkilau akibat sinarnya.
"Semuanya masih sama, seperti terakhir kali ditempati. Bersih, wangi, rapi. Seolah kamu selalu ada di sini, By," gumamnya menyapu seluruh bagian kamar itu dengan kedua matanya.
Kembali menarik kaki, perempuan tadi berjalan mendekati bingkai foto paling besar yang ada di kamar itu. Foto seorang laki-laki tampan dengan baju putih, peci hitam, dan selendang warna emas sependek lutut, tengah bersanding dengan seorang perempuan yang memakai warna baju yang sama dengannya.
Kedua insan yang ada dalam foto itu terlihat begitu bahagia di hari pernikahan mereka. Garis-garis senyum di wajah mereka menggambarkan rangkaian kisah indah yang akan mereka jalani berikutnya. Genggaman tangan yang begitu erat melambangkan janji suci untuk tetap bersama sampai negeri keabadian.
Namun sayang, takdir hidup mereka sudah ada yang menentukan. Mau seperti apapun keinginan untuk saling bersama, jika Dia berkehendak berbeda, maka jalannya pun tak akan sama. Dan semua itu, sudah terjadi begitu saja dalam hidupnya. Kini, ia merasa genggaman itu sudah terlepas, sangat jauh sampai ia merasa tidak sanggup untuk meraih dan menariknya kembali.
"Apa semuanya sudah benar-benar selesai, By?" Suaranya terdengar serak saat matanya belum juga teralihkan dari wajah itu.
Tidak ingin terisak dalam di tempat itu, apalagi jika ada keluarga yang melihatnya, perempuan itu lantas berbalik, melepas cadarnya dan mengusap habis seluruh air mata yang tumpah. Untuk berdiri beberapa menit seperti tadi, ia merasa energinya benar-benar habis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]
Spiritual[ARABY Season 2] *** Hasby dan Aisyahra kembali dikaruniakan seorang putri kecil di usia pernikahan mereka yang ke-tujuh tahun. Kehadiran bayi perempuan itu membuat keluarga kecil mereka semakin lengkap dan bahagia. Namun, kebahagiaan yang dirasaka...