56 - Pamit Pulang

337 40 37
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

🌷

Malaga, Spanyol.

"Bagaimana kondisinya, Ramos?" Dokter Edmund yang sudah sadar lebih dulu segera berlari ke ruangan putranya demi melihat kondisinya.

Beberapa menit usai kecelakaan kecil itu terjadi, dokter Edmund dan putranya pingsan lantaran terbentur bahu jalan. Beruntung, luka yang mereka alami tidak terlalu serius. Jadi, keduanya bisa ditangani dengan segera.

"Puji Tuhan, Ed. Ini adalah sebuah keajaiban. Dia sama sekali tidak terluka. Sepertinya, kedua kakinya juga sudah berfungsi dengan normal," jelas dokter Ramos usai melakukan pemeriksaan pada pasiennya.

Dokter Edmund sangat senang mendengar kabar itu. Perjuangannya membawa pemuda itu ke sini tidak berakhir sia-sia. "Kau benar, Ramos. Putraku, dia sudah benar-benar sembuh," tambahnya mengulas senyum lebar.

"Apa kau tahu kalau ingatannya juga sudah pulih?" kata dokter Ramos. Pasalnya, temannya itu belum menceritakan kabar terbaru mengenai memori laki-laki itu. Mungkin saja, ada memori lain yang belum diingat olehnya.

Dokter Edmund diam sebentar, lalu mengangguk setelahnya. Sore tadi, dia mendapat telpon dari Houdar tentang semua yang terjadi di rumahnya. Termasuk kembalinya ingatan laki-laki yang selama ini dia anggap sebagai Justine, putranya.

"Namanya Hasby, dari Indonesia." Dokter Edmund berkata dengan pandangan yang tertuju pada sosok yang disebutnya tadi.

Dokter Ramos pun ikut melihat ke arah yang sama. Dia tahu, meskipun sekarang temannya sedang bahagia karena berhasil mewujudkan impiannya untuk menyelamatkan pemuda itu, tapi dibalik senyum itu, pria tersebut pasti menyimpan sebuah kesedihan yang tidak mungkin dia ceritakan.

"Dia sudah sembuh, Ed, seusai harapanmu. Itu berarti ..."

"Dia akan segera pulang ke rumahnya." Dokter Edmund melengkapi kalimat sahabatnya yang menggantung tadi.

"Kau tidak apa-apa dengan keputusan ini?"

Dokter Edmund mengangguk cepat. "Justru saya akan menjadi orang paling egois jika memisahkan dia dengan keluarganya lebih lama lagi. Semua ada waktunya, Ramos. Mungkin ini saatnya, dia hari kembali."

Dokter Ramos mengangguk paham. Lantas, dia mengangkat tangannya, menepuk pundak temannya itu berulang kali demi mengatakan betapa bangganya dia punya sahabat sehebat dokter Edmund. Manusia berhati malaikat yang tidak pernah bisa melihat orang lain terluka.

"Kapan dia akan bangun, Ram?" tanya dokter Edmund.

"Kurang lebih satu jam lagi. Kami baru saja memberikan beberapa obat untuk meredakan nyeri di kaki akibat berlari untuk pertama kali. Tenang saja, dia tidak akan kenapa-kenapa lagi."

Rihlah Cinta Hasyra [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang