Sekarang Starley, Mayla, Erin dan Albert, sedang berada di sebuah ruangan duduk. Hanya ada mereka berempat di situ. Sepertinya semua orang sudah menuju ruang pelelangan.
Setelah Damien menutup panggilannya. Starley yang sejak tadi, sekuat tenaga terdengar baik-baik saja di hadapan Damien, tiba-tiba kembali muntah ke plastik.
Saat ini dia terasa begitu mual. Wajah Starley masih sangat pucat. Badannya gemetar. Starley juga merasa ada sesuatu yang menyekiknya. Dia merasa sulit bernapas.
Seketika Starley merasa begitu jijik dengan ingatan mengerikannya yang muncul itu. Semua perasaan yang dia rasakan saat itu, pun muncul lagi sekarang.
Semua yang melihat itu khawatir. Setelah Starley selesai muntah. Mayla memeriksa Starley lagi.
Starley belum menceritakan ke siapa pun kalau ingatannya sudah kembali.
Mayla dan Erin dari awal memang tidak tahu cerita Starley pernah diculik dan hilang ingatan. Jadi rasanya Starley tidak perlu menceritakan.
"Kau memiliki gejala panic attack, apa yang membuatmu stres, Starley?" Tanya Mayla.
Ah, jadi ini namanya gejala panic attack. Pikir Starley. Starley sendiri baru pertama kali mengalami ini. Jadi dia sendiri pun, tidak mengerti ada apa dengan dirinya.
"Kepalaku sakit," ucap Starley hanya bisa berkata itu.
"Lebih baik kita pulang sekarang, kondisimu sekarang tidak baik. Kau butuh berbaring," ucap Mayla.
"Boss pun berpesan untuk segera membawamu pulang, Nona," ucap Erin langsung.
Starley juga merasa ingin berbaring sekarang. Dia ingin pergi jauh-jauh dari tempat ini. Pergi ke tempat di mana tidak ada Yusef.
Akhirnya Starley menganggukkan kepalanya lemah.
"Aku antar kalian," Albert tiba-tiba bersuara.
Mayla dan Erin hampir lupa kalau ada lelaki paruh baya itu. Mereka berdua menoleh ke Albert.
"Siapa dia?" Bisik Mayla pada Starley.
Starley menatap Albert sejenak, sebelum menjawab. "Kenalanku."
Albert terseyum simpul mendengar itu. "Aku akan menelpon sopirku."
Starley tidak menjawab apa-apa. Dia tidak memiliki energi untuk berdebat dengan Albert. Kepalanya pun terasa begitu sakit.
Setelah Albert menelpon sopirnya. Mereka berempat pun turun dari gedung menuju lobby. Sesampai di lobby, mereka hanya menunggu beberapa menit sampai mobil Albert datang.
Mobil Albert itu Rolls Royce berawarna abu-abu. Albert naik dan duduk di kursi penumpang depan. Sedangkan para wanita duduk di kursi penumpang belakang.
Starley masih merasa mual dan kepalanya sangat sakit.
Starley memang pernah bilang dia ingin mengingat kembali semua memory-nya dengan Damien. Tapi Starley tidak tahu, itu artinya dia juga harus mengingat memory traumatis itu.
Tidak lama kemudian mereka sampai di lobby Hotel.
Di situ terlihat ada Felix sedang di lobby, terlihat panik sambil menelpon. Sampai akhirnya, dia melihat majikkannya keluar dari sebuah mobil.
Felix membelakkan matanya dan langsung menghampiri Starley.
Tapi sebelum Felix dapat bertanya, Erin sudah bersuara. "Nanti aku jelaskan."
Lalu mereka semua memasuki lobby Hotel. Felix terlihat kebingungan, tapi ketika melihat wajah pucat Nona Bell, dia akhirnya diam saja dan mengikuti dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damien's Possession ✔️ (Mavros Series #2)
Romance#2 Mavros Series | COMPLETED! LENGKAP DI WATTPAD! Ini bukanlah kisah fairy tale yang manis. Ini kisah tentang dua orang yang pernah memiliki masa lalu bersama. Dan sekarang terpaksa bekerjasama demi kepentingan masing-masing. Starley Bell, hacker...