25.1 Bangunan Tua

0 0 0
                                    

Di bangunan tua itu suara bogeman tangan yang mengenai tubuh manusia masih terdengar. Lily, Linda dan Rubay datang berlarian. Lily satu-satunya orang yang menghampiri mereka berdua dengan khawatir.

Namun, kekhawatirannya menjadi terbalik.

Pagi itu, sosok Kaze menjelma seperti orang kesetanan menghajar Ryan sampai babak-belur. Di mata Lily, Kaze seperti serigala dan Ryan seperti domba yang kelimpungan mengatasinya. Terbukti jelas, ketika wajah Ryan membiru bekas bogeman dengan tubuh terkapar tak berdaya di bawah kungkungan Kaze yang masih gila memukul kepala Ryan.

"Berhenti!!" seru Lily menarik Kaze menjauh yang bersikap tidak biasanya.

Namun, tak sengaja siku kuat Kaze mengenai keras pada perut Lily.

Lily meringis. Perutnya yang tadi ditendang oleh Nura ditambah sekarang dengan sikutan Kaze yang kuat, menbuat perutnya merasa nyeri dan mual. Kaze yang menyadarinya tidak langsung berhenti melihat kondisi Lily yang meringkuk memegangi perutnya, kakinya melangkah mendekati Ryan kembali dan lanjut memukul.

Ryan tidak berdaya. Namun matanya, memandang Lily tak jauh di sampingnya yang meringis. Ia menjadi geram.

Suasana menjadi seimbang kembali tatkala Ryan berhasil bangkit dan memberi perlawanan beruntun kepada Kaze. Menjadikan pertengkaran satu banding satu.

Linda dan Rubay berusaha merelai, tetapi nihil kekuatan mereka tak sebanding.

Menurut Linda, sosok Kaze di matanya sangat asing. Lelaki yang biasanya diam saja kini berubah brutal. Entah apa alasan lelaki itu terlihat berbeda, matanya bahkan gelap sehitam malam yang dingin. Di samping itu Lily muak, kali ini ia menarik Ryan ke belakang dengan memeluk pinggangnya kuat-kuat.

Ryan yang hilang keseimbangan oleh tarikan itu ditambah dengan kaki Kaze yang memukul dadanya membuatnya terjatuh diikuti Lily di belakangnya.

"Gue mohon berhenti," lirih Lily memohon.

Rasanya Ryan mendapat batin yang terluka ketika Lily memohon begitu. Seolah dirinya yang paling bejat di sini. Kemudian, matanya menajam menatap Kaze yang berdiri di depannya.

"Dia yang bunuh nyokap lo, Ly," Ryan menggenggam tangan Lily di belakangnya menggunakan satu tangannya. "Dia pantas gue hajar."

Linda yang mendengar spontan menatap nyalang Ryan. "Lo apa-apaan nuduh Kaze?! Lo pikir dia manusia bejat?!"

"Dia pembunuhnya, Linda."

Semuanya menoleh ke sumber suara, Nura entah datang dari mana. Perempuan itu melipat kedua tanganya di dada menatap remeh pada Kaze dan Ryan.

"Jangan harap gua percaya sama bualan lo," Lily bangkit dengan raut geram.

"Kaze pembunuhnya," sebut Rubay kemudian membuat semuanya terdiam. "Gue jamin ngasih buktinya."

Nura terkekeh memandang penuh prihatin pada Kaze. "Gimana? Lo, kan? Ngaku dong ...," nadanya terdengar mendayu.

Kaze dengan napas memburu melepas kacamatanya yang retak ulah pertengkaran tadi. Ia menatap dingin ke arah Lily.

Mendadak, aura gelap menyerang Lily dengan cepat. Napasnya tertahan. Ia manatap dalam-dalam Kaze yang terlihat berbeda. Kaze seperti kemasukan roh lain, yang jelas terlihat seperti roh iblis. Dari mulai tubuhnya yang kekar itu tidak pernah menghajar orang kini terlihat jelas dari tangannya yang berdarah berbekas bogeman yang diterima Ryan. Ketika kacamata itu membuka, nampak sisi jiwa yang berbeda.

Lily seolah tidak mengenali Kaze. Ditambah senyuman khas itu yang kini tertarik sebelah, membentuk senyuman miring yang asing.

Lily dengan suara bergetar akan berucap.

Namun, Kaze lebih dulu berkata, "Gue bukan pelakunya, Ly."

Lily mengatur napasnya yang sempat tertahan. Dugaannya yang salah membuatnya lega.

Kaze melanjutkan, "Racun yang gue kasih," dia terkekeh mengejek, "ternyata zat arsenik itu berhasil buat nyokap lo mati."

Lily Kacamata [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang