9.2 Ruang UKS

2 1 0
                                    

Guru-guru sudah mengetahui peristiwa bullying di waktu istirahat tadi, mendapat berita ketika guru-guru baru saja keluar ruangan rapat, tentu tidak mengenakkan bagi semuanya. Rubay ikut dalam menunjuk-nunjuk para manusia yang ikut andil dalam menjadikan tubuh Lily yang kini melemah di ruang UKS yang sedang ditangani langsung oleh dokter.

Orang-orang penindas dikumpulkan di lapangan tertutup hendak diceramahi, kali ini mereka sudah tidak bisa mengelak ataupun melarikan diri. Tentu nilai mereka akan buruk, masih beruntung tidak dikeluarkan dari sekolah, hanya di-skors satu bulan untuk beberapa orang sebagai pelopor terjadinya penindasan besar-besaran di kantin. Dan salah satu orang yang masih bisa tersenyum tenang di sana adalah Nura seorang, senyuman itu mengembang dan terlihat sangat manis.

“Ryan, kamu pikir aku bakal berhenti ganggu hidup orang dengan kamu giring aku ke sini dan diceramahi sama robot negara gak berguna?” Nura bermonolog sembari melihat damai guru yang berbicara panjang di depan. Sedetik kemudian, tatapan cerahnya menggelap, “Lo jadi tolol semenjak kenal Lily. Mainan gue jadi bego.”

Sementara di ruangan UKS, Lily bangun dari pingsannya. Beberapa tubuhnya yang membengkak sudah dibalut oleh kain putih. Selepas Dokter mengobati dan mengecek beberapa luka yang membengkak dan merasa tidak ada luka yang cukup dalam yang mengharuskan pasien harus dilarikan ke rumah sakit, dokter mulai undur diri. Sebelum keluar, beliau sempat memerintahkan anggota PMR untuk membersihkan wajah kotor Lily yang berdebu dan sedikit memar.

"Biar gue aja, lo lebih baik lanjut belajar." Kaze tahu-tahu mengusulkan dan tentu disetujui oleh anggota PMR sebab Kaze merupakan kakak kelas.

Lily melirik Kaze yang menghampirinya. Walau Lily duduk, ia tak bisa bergerak lebih dari menggerakan tangan dan leher. "Ze ... mereka gimana?"

Kaze membalas tatapan lesu Lily dengan datar. Mengerti dengan objek ‘mereka’ yang dimaksud. "Di kondisi lo seperti ini bisa-bisanya khawatirin orang yang udah jelas nyakitin lo ...."

"Tapi Linda gak akan balas mereka lebih keji, kan?" Lily bersikukuh, entah dari mana kecemasannya muncul, yang jelas dirinya benar-benar khawatir pada mereka. Ia tahu betul kemarahan Linda, dan kebrutalan Ryan serta Rubay yang ikut-ikutan dalam masalah ini. Pikirannya sekarang sedang digumpal tanda tanya yang tidak dijawab oleh Kaze. Bila dilamat-lamat, lelaki itu seperti mendiamkannya sedari tadi. "Ze, lo marah sama gue?"

Kaze melirik gadis itu sekilas. Bersamaan dengan itu hatinya membersit perasaan kesal yang tak bisa diungkapkan. "Nggak mungkin gue marah sama lo," kata Kaze sambil membersihkan memar berdebu di pipi Lily pelan-pelan, "gue cuma kecewa."

Seharusnya Lily meringis oleh rasa perih karena kapas bercampur alkohol yang menyentuh pipinya. Tapi rasa perih itu lenyap sebab ucapan Kaze. "Kecewa?"

"Kenapa gak pernah bilang kalau lo di-bully dari awal masuk SMA?" Kaze tetap setia membersihkan luka Lily, "Apa lo gak pernah anggap gua ataupun Linda sebagai sahabat?"

Lily berusaha menguasai kekagetannya. "Lo tau dari mana?"

"Dari Linda." Kaze mengatakan itu seakan memojokkan Lily yang gelisah.

Lily akhirnya memilih pasrah. "Gue cuma gak mau buat lo khawatir dan buat Linda buang-buang tenaga seperti sekarang. Sori ... udah buat lo kecewa," katanya merasa bersalah.

Kaze membuang napasnya sambil menatap nanar pada Lily. "Pemikiran lo kayak gitu seakan-akan lo sedang kabur dari permasalahan. Dan kalo masalah udah menumpuk, biasanya orang kebawanya menuruti takdir. Terserah. Gak ada hal yang harus diperbuat agar masalah terselesaikan. Seperti nasib lo sekarang."

Lily masih percaya pada kata-katanya, "Gue cuma mengalah. Buang-buang waktu untuk urus manusia gak penting."

"Buktinya?" Kaze tertawa kecil, "Karena masalah ini lo gak bisa belajar di kelas, dan lo udah buat sekolah gempar. Itu namanya gak buang-buang waktu?" Kaze geleng-geleng dengan raut kecewanya, "Kenapa pemikiran lo jadi gini? Lo lagi tulalit, ya?"

Lily Kacamata [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang