(Padang Hadramaveth)

21 16 0
                                    


.

.

.

⁠♡

".... Panas banget njeng.. blubub-blubub.."

"Hush, toksik."

Sambil beristirahat dibawah pohon palem yang sejuk, Cyno memperhatikan gadis itu yang merendam- lebih tepatnya menenggelamkan kepalanya ke dalam air oasis yang mereka temukan dan jadikan tempat istirahat dari teriknya matahari yang menyilaukan lagikan panas.

Cuacanya yang panas memang terasa lebih menyengat dari biasanya, namun Cyno yang cepat beradaptasi tidak terlalu terganggu. Namun berbeda dengannya, Reiva yang memang tidak tahan terhadap panas terpaksa menggunakan elemen esnya untuk mendinginkan tubuhnya secara menyeluruh.

Setelah merendam wajahnya beberapa saat, Reiva pun duduk dibawah salah satu pohon palem yang ada dan menghela nafas panjang sambil menatap kearah langit yang cerah.

"Jika tempat ini saja sudah sepanas ini, bagaimana neraka nanti, ya?"

"Bisakah kau membicarakan hal yang lebih baik daripada membahas sesuatu yang berkaitan dengan kematian?"ujar Cyno mendengar celetukannya yang kadang ngeri-ngeri sedap.

Reiva berdehem sambil menempelkan balok es ke pipinya, lalu melirik kearah lelaki itu dari ekor matanya. "Cyno, kau Jenderal Mahamatra, kan? Apa yang menyenangkan dari pekerjaan mu itu?"

"... Menjatuhkan hukuman dan keadilan untuk mereka yang salah."

"Wahh, klasik banget."

"Bacot."

Setelah beristirahat dari teriknya matahari, mereka pun lanjut berjalan, kali ini Reiva menggunakan Hoverboard nya karena sepatunya terus-menerus kemasukan pasir yang membuatnya tidak nyaman.

Cyno sendiri tidak melarangnya dan memilih berjalan kaki saja agar bisa mendapatkan waktu yang lama untuk melamun.

Sejauh mata memandang, yang dilihat hanyalah hamparan pasir dan bukit serta tebing, hembusan angin kadang menerbangkan atau membuat tanaman yang mati bergelinding mengikuti arus angin.

"Melamun tidak baik loh."

Cyno segera sadar dari lamunannya dan menoleh kearah Reiva yang terbang rendah di sebelahnya, tudung jaket yang dia pakai untuk menutupi kepalanya terbuka karena tertiup angin.

"Kenapa..?"tanya Cyno menyadari dia terbang rendah.

"Cuma mau bilang, di depan sana ada segerombolan orang Eremites dan Fatui Skirmisher."jawab Reiva sambil menunjuk kedepan.

Dengan penglihatan yang tajam, lelaki itu berhasil melihat orang-orang yang gadis itu maksudkan tadi.

Cyno menghela nafas panjang sambil mengeluarkan Staff of The Scarlet Sands ditangannya,"Aku akan mengurusnya. Kau jangan ikut campur."

"Oke."

Perkataan Cyno tidak ia ingkari, dari orang yang berbadan dua kali lebih besar darinya sampai perempuan sekalipun ia buat tumbang dengan begitu mudahnya, kemampuan menyerang jarak dekatnya membuat Reiva sampai kagum dari kejauhan.

Begitu selesai menjatuhkan mereka semua, Cyno baru menghilangkan Staff of The Scarlet Sands miliknya sambil mengambil gulungan tali yang dijatuhkan oleh para Eremites itu dan mengikat mereka dengannya.

"Apa yang akan kau lakukan pada mereka?"tanya Reiva sembari terbang rendah mendekatinya.

"Aku perlu mengorek informasi terlebih dahulu dan membiarkan Corps Thirty yang mengurusnya di Caravan Ribat."jawab Cyno, kemudian berdiri sambil menyeka keringat yang mengalir di rahangnya, lalu menatap gadis itu. "Maaf, tapi aku hanya bisa mengantar mu di perbatasan nanti."

[𝕱𝖔𝖚𝖓𝖉 𝖒𝖊 𝖇𝖊𝖋𝖔𝖗𝖊 𝖎 𝖉𝖊𝖛𝖔𝖚𝖗 𝖒𝖞𝖘𝖊𝖑𝖋]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang