(Kesepakatan)

20 16 0
                                    

.

.

.

⁠♡

"Sabar bro, sabar."

"Capek, lly, capek.. rindu Rei.."

Qually yang berjalan beriringan dengan Boboiboy nampak menghibur pemuda itu yang keliatan lesu sambil memegang rompi oranye yang sering dia pakai ditangan kirinya, sementara tangan kanannya memegang sebuah apel yang sempat dia petik dekat sungai yang mereka datangi tadi.

Meski agak terkesan alay, Pemuda alien itu sebenarnya paham mengapa temannya itu lesu karena sahabatnya yang satu itu.

Selain rindu akan keberadaannya, dia juga diliputi rasa cemas karena beberapa hari belakangan tidak mendapat kabar apapun, hanya sebuah koordinat yang ia kirimkan pada Ochobot sebagai satu-satunya kesimpulan bahwa dia masih hidup.

Terlebih lagi latihan yang ia jalani sudah berlanjut selama tiga hari dua malam tidak memberinya ketenangan. Didepan yang lainnya, dia mungkin paling optimis, tapi dihadapan Qually yang menjadi psikiaternya setelah Ochobot, Boboiboy frustasi dan tidak memiliki ketenangan.

Jadi, tidak heran kalau disaat seperti ini, Qually benar-benar memahami kondisinya dan memakluminya daripada meledeknya alay.

"Jangan sedih begitu, Kapten Kaizo bilang kalau dia akan membuat rencana untuk mencari Reiva sekaligus menyelesaikan masalah lainnya. Yang terpenting sekarang, kau perlu berlatih dengan giat!"ujar Qually memberinya semangat, lalu menyeringai dan berbisik. "Semakin kuat dan keras latihan mu, kita bisa meminta Kapten untuk memberatkan latihan Reiva kalau dia kembali nanti."

Boboiboy memutar bola matanya dan mendengus. "Ada udang dibalik batu ternyata. Tapi ide bagus, ayo coba."

"Ano.. kalian berdua, bisa bicara sebentar?"

Keduanya segera berbalik setelah mendengar suara lembut memanggil mereka, dan berhadapan dengan seorang wanita berambut biru.. dengan dua tanduk di kepalanya.

"... Ada yang bisa aku bantu?"tanya Boboiboy.

"Ya, kau sangat bisa membantu ku.. membantu kami." Wanita itu berkata sambil mengangguk sambil mendekati mereka dengan langkah enggan. "Kau mungkin tidak tahu apa pun tentang diriku, tetapi aku dapat meyakinkan mu bahwa aku tidak berada di sisi buruk."

"Baiklah, kalau begitu, untuk apa kau membutuhkan bantuan kami?" tanya Qually dengan nada bingung.

Sambil menghela nafas pelan, wanita berambut biru itu mulai berbicara. "Sebenarnya, Tiangquan mengirimku ke sini setelah kami mendengar kabar baru-baru ini. Tiangquan berharap kalian dan teman-teman kalian bersedia datang ke kantornya."

"Eh? Tiangquan?" Boboiboy dan Qually saling berpandangan dengan bingung.

....

Lemah, lemas, dan sakit. Rambutnya yang panjang terurai dan menggantung rendah saat dia menatap lantai di bawahnya dengan tatapan kosong dengan jejak air mata di pipinya.

Dari lengan bawahnya hingga bahunya, semuanya disuntik dengan jarum yang terisi dengan banyak cairan aneh, alasan mengapa dia tidak dapat menggunakan kekuatan gravitasinya.

Tak lama kemudian, dalam kesunyian itu, terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekati tubuhnya yang terikat.

"Jadi, kau masih belum buka mulut sekarang, ya?"

Dengan lemah, dia mendongak, dan menatap mata merah di balik topeng yang dikenakan pria berambut biru itu, yang kini tersenyum manis akan kondisinya.

"....kamu.. salah.." ucapnya dengan lemah sambil mencoba menahan rasa mualnya. "..Sudah kukatakan..kebenaran yang kamu minta.."

[𝕱𝖔𝖚𝖓𝖉 𝖒𝖊 𝖇𝖊𝖋𝖔𝖗𝖊 𝖎 𝖉𝖊𝖛𝖔𝖚𝖗 𝖒𝖞𝖘𝖊𝖑𝖋]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang