41 papah heesa

71 6 8
                                    


Saat pintu terbuka ternyata dia adalah enchi yang membawa beberapa lembar map di pelukan nya.
Melangkah anggun menyusuri setiap lantai dengan sepatu high heels miliknya,tanpa menatapku menganggap seolah aku hanyalah manusia tak berwujud.
Membuatku hanya tersenyum smirk.

" Mas,ini berkas yang harus di pelajari" ujarnya yang entah kenapa terdengar manja di telingaku.
Membuatku sedikit mendelik pada taesan.
" Simpan saja Disana" tanpa memandangnya taesan masih sibuk dengan laptop yang baru beberapa menit ia sentuh.
Entah dia sibuk atau pura pura sibuk.
Aku jadi tersenyum mengingat betapa paniknya kami,saat ada yang mengetuk pintu disaat kami sedang melakukan ciuman panas
Namun senyumku luntur dan berubah jadi panik,saat aku mengingat ucapan Wildan tentang cctv.
Aku memukul keningku pelan,dasar bodoh Aluna.
Bagaimana jiga para pengawas cctv melihat adegan kami.
Mati sudah kau Aluna...

" Sepertinya kamu sangat berantakan ???" Enchi mulai kepo memandangi wajah taesan yang kini rambutnya sudah mulai turun tak menampakan jidatnya lagi.
Memang kenapa ??? Bukan nya taesan lebih tampan pakai poni ???
Taesan memegang rambutnya " memang kenapa ???"
" Bukan nya lebih bagus jika seperti biasa ???"
Aku berdeham meminta di notice.
Kau pikir jadi pendengar itu menyenangkan ??? Bahkan dia melupakan fakta bahwa aku adalah istri taesan.
Semua mata menatapku sekarang,membuatku tersenyum dan berdiri dari duduk ku.
Tak lupa aku mengambil sebuah air mineral yang berada di meja,sambil terus berjalan menghampiri mereka berdua.
" Lebih baik kamu minum deh" aku memberikan air minum itu pada enchi yang sedari tadi memandangku dengan tatapan tidak suka.
Namun tangan nya menerima air mineral yang aku berikan
" Jangan lupa minum,biar gak aus" alisnya berkerut mendengar ucapan ku " gak aus perhatian dari suami orang"
Hampir saja tawa taesan menyembur mendengar ucapan ku yang savage.
Enchi tertawa remeh " taesan pacar ku jika kau tau"
" Dulu" tegasku
" Kami tak pernah berakhir"
" Dan aku tak pernah memulainya" taesan langsung berdiri " urusan anda sudah selasai kan ??? Jadi aku harap anda bisa lebih profesional sebagai sekertaris magang"
Enchi menatap taesan tak percaya.
" Cukup enchi,berhentilah mengejar taesan,dia milik ku sekarang dan akan tetap begitu,berhentilah jadi wanita murahan yang mengejar suami orang"
Namun dia malah memangku kedua tangan nya di depan dada seolah tidak takut dengan ucapan ku yang sudah sangat jelas.
" Kau tau,kau hamil bukan karna taesan kan ?? Buktinya anak mu tidak mirip taesan ????"
Mendengar ucapan enchi yang membawa bawa nama syalu,emosi ku mulai terpancing
" Maksud mu ?? Tau apa soal kita ???"aku mendekat sambil menatapnya emosi.
Melihat itu taesan langsung menenangkan ku " tenang dulu ya Aluna,kamu duduk dulu" taesan berdiri di hadapan ku,menyembunyikan aku di belakang punggungnya yang tegap
" Enchi,dengar maaf kalau kau masih berpikir kita tak pernah berakhir,tapi aku benar benar tak pernah ingin memulainya,kau hanya ku anggap sebagai teman tak lebih,dan aku harap kau tak pernah memperlakukan tidak sopan pada Aluna atau pun syalu,dia anak ku dan kau tidak tau apapun tentang itu"
Enchi terdiam mendengar kalimat panjang dari taesan yang sudah cukup menjelaskan semuanya yang terjadi antara dia dan taesan.
Dan ku harap dia bisa merenungi semua ucapan itu.




















***

Malam ini aku masih berada di kamar tidur syalu,membacakan cerita sebelum dia tertidur..
Namun anehnya sudah dua buku aku bercerita,tapi syalu tak kunjung tidur,nampaknya dia sedang memikirkan sesuatu.
" Syalu kenapa ???" Aku membelai rambutnya,membuat syalu memeluk ku " ada yang lagi syalu pikirin ???"
Dia mendongak menatapku dengan tatapan berkaca kaca
" Kata Tante yang ada di kantor ayah,aku bukan anak ayah karna tidak mirip sama ayah bunda, apa itu benar ???"
Seketika aku kaget mendengar ucapan syalu " kata Tante yang mana nak ???" Aku masih setia mengusap lembut rambut nya yang panjang.
" Yang di ruangan ayah"

Enchi....

Seketika amarahku mulai naik,namun aku coba meredamnya.
" Syalu dengerin bunda,kita tidak harus Mirip dengan ayah,untuk menunjukan kalau Kitu anaknya,syalu bisa liat kan kalau bunda lebih mirip enin dibanding aki yang sudah meninggal,dan ayah juga tak mirip dengan kakek mukanya,tapi kan mereka tetap orang tua kita,siapa tau syalu mirip bunda waktu kecil,ia kan ????" Aku mencoba memberi pengertian pada syalu yang sudah mulai ingin tau.

adik pacarku | Han Taesan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang